Harga BBM Naik, 200 Perahu Nelayan Tak Bisa Melaut
Reporter
Editor
Senin, 21 Juli 2003 08:38 WIB
TEMPO Interaktif, Karawang:Diperkirakan sekitar 200 ribu dari 400 ribu kapal nelayan tradisional di seluruh pesisir Indonesia tidak bisa melaut menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kapal mengangur karena nelayan tidak mampu membeli solar. Demikian data yang disodorkan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Danuri di Karawang, Rabu (30/1). “Untuk membangkitkan kembali semangat melaut para nelayan tradisional, sedikitnya Pertamina harus menyediakan pasokan BBM, terutama jenis solar sebanyak 4,2 juta kiloliter per tahunm” ujar Rokhmin kepada Tempo News Room usai acara di Desa Curug, Kecamatan Kosambi, Karawang. Ia berjanji akan bertemu Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Purnomo Yusgiantoro. Rokhmin yang putera nelayan Cirebon itu berjanji menyelesaikan kelangkaan pasokan BBM tersebut. Ia berupaya mencari subsidi BBM. Kendati demikian, Rokhmin juga menyalahkan para nelayan. Ketika pasokan BBM melimpah, mereka malah menjual ke nelayan lua negeri. "Kecuali bekerja sebagai nelayan ternyata mereka dagang BBM juga. Nelayan itu, ada yang nakal juga," ujarnya. Ia menjelaskan Indonesia memiliki garis pantai 81 ribu kilometer, atau kedua terpanjang di dunia setelah Kanada. Kekayaan laut yang dimiliki sangat besar, dan dapat memakmurkan para nelayan. Tetapi, lanjut Rokhmin, kenyataannya kekayaan laut Indonesia selalu dikuras nelayan asing. "Satu juta ton ikan setiap hari dicuri nelayan asing," ujarnya. Menurutnya, pada tahun 2000, produksi kakayaan laut Indonesia baru bisa memasok devisa 1,7 miliar dolar AS, sedang pada 2001 naik menjadi 2 miliar dolar AS. “Padahal produk kelautan Thailand, yang memiliki garis pantai 2.600 kilometer atau setara garis pantai Sulawesi Selatan, sudah mampu memberikan sumbangan devisa 4,2 miliar dolar AS kepada negara,” ujarnya. (Nanang Sutisna)