Pengalihan Bisnis TNI Ke Departemen Pertahaan Dinilai Hanya Langkah Kompromistik

Reporter

Editor

Senin, 12 Oktober 2009 20:32 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Rencana pemerintah untuk menempatkan kendali dan pengawasan usaha Tentara Nasional Indonesia baik yang berbentuk koperasi maupun yayasan dibawah departemen pertahanan menuai kritik. Pengamat Militer Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jaleswari Pramodhawardani, menilai kebijakan itu akan jadi langkah mundur bagi pengalihan bisnis TNI. "Ini akan menjadi langkah mundur," katanya saat dihubungi Tempo, Senin (12/10).

Sebab, lanjut dia pengalihan bisnis kebawah departemen pertahanan membuktikan bahwa pengalihan hanyalah langkah kompromistik saja. "Ini hanya pengalihan kompromistik, hanya dengan kacamata bahwa dephan itu institusi sipil," ujarnya. Pertimbangan kompentensi, lanjut dia nampaknya kurang diperdulikan. "Apa dephan punya kompetensi untuk mengelola atau mengawasi bisnis, ini soal bisnis bukan pertahanan".

Jaleswari juga menilai langkah tersebut akan menimbulkan konflik kepentingan di Departemen Pertahanan. Pasalnya sebagian besar pegawai departemen pertahanan adalah anggota TNI aktif. "Mereka kurang memikirkan resikonya, konflik yang mungkin timbul tak akan sebanding dengan nilai aset yang hanya 2,2 triliun," ujarnya. Belum lagi dalam sejarah penilaian Badan Pemeriksa Keuangan, laporan keuangan departemen pertahanan seringkali disclaimer. Baru beberapa tahun ini saja mengalami perbaikan," Jangan sampai kebijakan membawa usaha TNI kebawah dephan malah akan mengembalikan status tersebut".

Fakta bahwa bisnis TNI beragam bentuknya, membuat usaha ini membutuhkan asistensi
institusi yang mempunyai kompetensi dalam urusan penggelolaan bisnis. Jaleswari menyarankan agar pengawasan usaha militer dipercayakan pada PT. Perusahaan Pengelola Aset. "Ini lebih tepat, sebab kompetensinya masuk," ujarnya. Perusahaan persero ini bisa langsung mengidentifikasi dan menertibkan ketika ada unit-unit yang tidak sejalan dengan Undang-undang koperasi dan yayasan.

Hal senada diungkapkan peneliti Imparsial, Bhatara Ibnu Reza. Menurutnya, mengambilalih manajemen usaha militer malah memberatkan Dephan. Tidak menutup kemungkinan laporan keuangan yang telah mendapatkan opini wajar dengan pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan bisa berubah tahun depan. "Karena pertanggungjawabannya tidak jelas," katanya.

Dia mengingatkan, jangan sampai pengambilalihan bisnis malah membebani keuangan negara. Pengalihan perlu dilakukan secara selektif, dengan memisahkan bisnis yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. "Hutang menjadi tanggung jawab perusahaan yang mengelola, bukan pemerintah," kata Bhatara.

TITIS SETIANINGTYAS

Berita terkait

Kopassus Buka Ekspedisi NKRI 2017, Pendaftaran Secara Daring  

22 Mei 2017

Kopassus Buka Ekspedisi NKRI 2017, Pendaftaran Secara Daring  

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat kembali membuka pendaftaran calon peserta Ekspedisi NKRI 2017.

Baca Selengkapnya

Konflik Papua, Ray Rangkuti Minta Peran TNI Dibatasi  

5 Oktober 2016

Konflik Papua, Ray Rangkuti Minta Peran TNI Dibatasi  

Seharusnya TNI tidak dapat turun tangan dalam mengatasi konflik di tanah tersebut.

Baca Selengkapnya

Ini Kata Kapolri tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM Papua  

25 April 2016

Ini Kata Kapolri tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM Papua  

Ada dua cara penyelesaian: pertama, dengan pendekatan politis; dan kedua, dengan pendekatan hukum.

Baca Selengkapnya

BIN Sebut 20 Penembakan di Papua Selama 2015  

9 Februari 2016

BIN Sebut 20 Penembakan di Papua Selama 2015  

Pemerintah menegaskan bahwa tindakan tegas tetap harus ada.

Baca Selengkapnya

Penyerangan Polsek Sinak, TNI AD Tingkatkan Kewaspadaan  

28 Desember 2015

Penyerangan Polsek Sinak, TNI AD Tingkatkan Kewaspadaan  

TNI Angkatan Darat juga menyiagakan intelijen untuk pencegahan dini serangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

Kenapa Kasus Kekerasan Militeristik Terus Menguat di Papua?

7 September 2015

Kenapa Kasus Kekerasan Militeristik Terus Menguat di Papua?

Menurut Komnas HAM, hampir setiap minggu terjadi kasus kekerasan di Papua.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Berdemo Tuntut Jokowi Tarik Militer dari Papua  

4 September 2015

Mahasiswa Berdemo Tuntut Jokowi Tarik Militer dari Papua  

Para mahasiswa yang berdemo mengingatkan Jokowi kalau jumlah rakyat Papua yang terbunuh sejak 1 Mei 1963 mencapai 500 ribu jiwa.

Baca Selengkapnya

TNI Tembak Warga di Timika, Ini Kronologi Versi Warga  

28 Agustus 2015

TNI Tembak Warga di Timika, Ini Kronologi Versi Warga  

Penembakan itu dilakukan dua pemuda mabuk yang belakangan diketahui anggota TNI di Mimika

Baca Selengkapnya

Anak-anak Papua Akan Disekolahkan di Bandung  

14 Agustus 2015

Anak-anak Papua Akan Disekolahkan di Bandung  

Staf Khusus Presiden Jokowi untuk urusan Papua ingin memboyong anak-anak Papua belajar sampai sarjana di Bandung.

Baca Selengkapnya

KSAD: Kodam Baru di Papua Selesai Januari 2016

30 Mei 2015

KSAD: Kodam Baru di Papua Selesai Januari 2016

Nama Kodam baru di Papua belum ditentukan. Penetapan nama diserahkan pada masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya