Erna Witoelar Jadi Duta Millenium Development Goals
Reporter
Editor
Rabu, 3 September 2003 23:45 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Mantan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah di era pemerintahan Gus Dur, Erna Witoelar, Rabu (3/9), dilantik menjadi UN Special Ambassador for The Millenium Development Goals in Asia and Pasific. Jabatan duta khusus PBB yang menangani masalah Millenium Development Goals ini akan ia emban selama dua tahun. Menurutnya, permintaan ini datangnya dari sekretaris jenderal dan administrator dari United Nations of Development Proggrame. Millenium Development Goals ini disepakati saat Millenium Summit 2000, yang dihadiri 189 negara dengan 8 goals dan 11 target yang ingin dicapai. Erna mengatakan, bagian yang terpenting dari tujuan itu adalah negara-negara maju mau berkewajiban dan berkomitmen untuk memberikan official development assistent, menyisihkan pendapatan negaranya untuk negara-negara berkembang. Ini untuk membuka kesempatan perdagangan sehingga negara-negara berkembang bisa mengangkat dirinya keluar dari masalah kemiskinan. Untuk itu, kata Erna, tiap negara-negara Asia Pasifik di dalam negerinya ditargetkan mau menumbuhkan kegiatan kampanye untuk mempercepat proses mewujudkan tujuan itu. “Jadi saya akan lebih banyak bertemu dengan pimpinan negaranya, DPR, lembaga swadaya masyarakat, badan organisasi risetnya,” katanya. Selain itu Erna juga akan bertugas untuk memfasilitasi kerja sama antara negara. “Yang akan saya lakukan lebih banyak ke arah kampanye. Melihat masing-masing negara dan menjembataninya dengan negara lain,” katanya. Erna yang tidak digaji oleh PBB ini nantinya akan berkonsentrasi menuju rencana jangka pendeknya, yaitu memperkenalkan program ini pada masyarakat masing-masing negara di Asia Pasifik buat kerja sama lintas sektoral dan media awareness. Listi Fitria - Tempo News Room
Berita terkait
Fenomena Pabrik Tutup sejak Awal Tahun, Jokowi: Mungkin Efisiensi, Kalah Bersaing..
11 menit lalu
Fenomena Pabrik Tutup sejak Awal Tahun, Jokowi: Mungkin Efisiensi, Kalah Bersaing..
"Karena mungkin efisiensi, karena kalah bersaing dengan barang-barang baru. Banyak hal," kata Jokowi soal fenomena pabrik tutup.