TEMPO Interaktif, Bandar Lampung:Sekitar 5.109 hektare sawah di Lampung kekeringan dan terancam gagal panen. Sebagian petani di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pesawaran membabat tanaman padi yang baru berusia dua bulan. Lebih baik untuk pakan ternak daripada mengering, kata Samsi Wicara, petani di Desa Purworejo, Kecamatan Gedong Tatan, Kabupaten Tanggamus hari ini. Samsi terpaksa membabat tanaman padi yang ditanam di lahan seluas tiga hektare miliknya karena mengalami kekeringan. Sekitar 200 hektare sawah yang ditanami padi terancam mati akibat irigasi dan sebuah bendungan penampung air mengering. Padahal bendungan atau embung itu merupakan satu-satunya sumber air untuk menyuplai ratusan hektare di dua kecamatan yag berada di dua kabupaten, Tanggamus dan Pesawaran. Meski begitu, ada juga petani yang megakali dengan menggali sumur bor. Tapi biayanya tinggi. Petani harus menyedot air dengan mesin yang berbahan bakar bensin. Untuk seperempat hektare memerlukan 10 liter bensin, ujar SamsiKepala Dinas Pertanian Lampung, Bihikmi Sofian mengatakan, kekeringan yang melanda Lampung tidak terlalu parah. Sekitar 5.109 hektar sawah yang mengalami kekeringan itu hanya megurangi produksi padi di Lampung sekitar 12 ribu ton padi. Angka itu hanya 1,2 persen dari total produksi padi per tahun, katanya. Menurut dia, petani yang gagal panen akibat kekeringan itu karena tidak mengikuti pola dan manajemen irigasi yang telah ditentukan pemerintah.Nurochman Arrazie