Kalla Akui Popularitas Golkar Turun Akibat Kadernya Korup
Reporter
Editor
Minggu, 29 Juni 2008 21:00 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Umum Partai Golkar Jusuf mengakui popularitas partainya turun akibat beberapa kadernya terlibat kasus korupsi. Hasil perkiraan badan penelitian dan pengembangan internal Golkar dan lembaga survei menyatakan perolehan suara Golkar pada pemilu legislatif 2009 hanya 20 persen."Posisi Golkar turun naik. Ini akibat masalah image," katanya saat berpidato dalam pembukaan rapat koordinasi nasional Badan Pemenangan Pemilu partai berlambang beringin itu di Kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Nelly, Jakarta Barat, Minggu petang (29/6).Partai Golkar menargetkan perolehan suara dalam pemilu legislatif mendatang adalah 30 persen. Sejak 29 Juni hingga 1 Juli 2008, Partai Golkar menyelenggarakan rapat koordinasi Badan Pemenangan Pemilu. Hingga kini Golkar sudah membentuk Bappilu tingkat provinsi. Dalam rakornas itu, Golkar akan membentuk Bappilu di tingkat kabupaten/kota.Kalla mengatakan sebagian besar politikus dan pejabat yang terlibat kasus korupsi merupakan kader Golkar. Jumlah yang besar itu berbanding lurus dengan jumlah politikus dan pejabat yang merupakan kader partai berlambang Pohon Beringin itu. "Pejabat dan anggota DPR saat ini paling banyak dari Golkar. Tentu saja belum ada yang ditahan dari (Partai) Demokrat dan PKS karena belum banyak pejabat-pejabatnya," ujarnya.Beberapa kader Golkar terlibat kasus aliran dana Bank Indonesia ke anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR pada periode 1999-2004. Kader Golkar yang diduga terlibat adalah Wakil Gubernur Jambi Anthony Zeidra Abidin, anggota DPR Hamka Yandhu, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta.Dalam Berita Acara Pemeriksaannya, Hamka Yamdhu menyebut sejumlah nama yang menerima aliran dana bank sentral. Anggota DPR Komisi Keuangan dan Perbankan periode lalu yang menerima uang adalah Paskah Suzetta, Emir Moeis, Faisal Baasir, dan Ali Masykur Musa. Keterangan juga mencakup besaran dana yang diterima anggota DPR periode 1999-2004 tersebut.Selain persoalan korupsi, citra Golkar terganjal ketidakjelasan ideologi. Ideologi Golkar, ujarnya, tidak terfokus pada satu hal. Berbeda dengan Partai Kebangkitan Bangsa yang menganut ajaran Nahdlatul Ulama. Partai Islam lainnya yaitu Partai Keadilan Sejahtera berfokus pada dakwah. Sedangkan, PDI Perjuangan mengangkat isu kerakyatan. "Walau pun tingkat laku berbeda dengan apa yang diperjuangkan," kata Kalla.Kurniasih Budi/Tempo Newsroom