TEMPO Interaktif, Jepara:Konversi minyak tanah ke gas menjadi momok para nelayan di Kabupaten Jepara. Rencana konversi untuk Jepara akan dilakukan Juni mendatang setelah April diterapkan di Jakarta.Sudah dua tahun lebih sejak harga BBM (terutama solar dan premium) dinaikkan pemerintah, para nelayan di Jepara menggunakan minyak tanah untuk kebutuhan melaut. Harga minyak di tingkat nelayan berkisar Rp 3.200 per liter."Jika benar-benar konversi minyak diterapkan, banyak nelayan jatuh miskin karena tidak dapat melaut," ucap Tumijan, nelayan asal Desa Ujungwatu, Kecamatan Keling, Jepara, Kamis (27/3).Kebutuhan nelayan untuk sekali melaut cukup tinggi. Untuk kapal yang digunakan Tumijan, butuh biaya minyak tanah Rp 1,6 juta. Padahal kapal itu diawaki puluhan nelayan. Jika dihitung penghasilan setelah dipotong biaya melaut dan pemilik kapal, seorang hanya membawa uang Rp 20 ribu. "Konversi itu tidak berpihak pada nelayan," kata Suradi, rekan Tumijan.Kebutuhan minyak tanah di Jepara 108.300 liter per harinya, dan 75.440 liter di antaranya untuk kebutuhan bahan bakar mesin perahu milik nelayan. "Hingga sekarang belum ada solusinya untuk memenuhi kebutuhan nelayan jika konversi dilaksanakan," ujar Herry Purwanto, Kepala Dinas Indakop Jepara.APBD Jepara untuk kepentingan nelayan hanya Rp 839 juta dari total anggaran Dinas Kelautan dan Perikanan sebesar Rp 754 miliar. Anggaran sebesar itu untuk bantuan peremajaan alat tangkap ikan, penyuluhan, peningkatan sarana dan prasarana pengolahan ikan serta pelatihan.Bandelan
Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih
14 hari lalu
Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.