TEMPO Interaktif, Jakarta:Sebanyak 20 orang perwakilan organisasi massa Islam mendesak Polda Metro Jaya untuk kembali mengusut Theo Syafei dalam kasus rekaman pidato berisi hasutan dan permusuhan terhadap umat Islam. Tim Pengacara Muslim Achmad Michdan mendesak polisi untuk membuka kembali kasus yang sudah mandeg selama tiga tahun itu. Buktinya, kata Michdan, belum ada tindak lanjut dari sejak berkas perkara pemeriksaan itu diserahkan ke Kejaksaan Tinggi DKI pada 12 Juni 1999. Berkas itupun telah dilengkapi polisi pada 25 Juni 1999. “Kalau Ustad Ja’far Umar Thalib saja ditangkap karena kaset rekaman, mengapa Theo Syafei tidak,” kata Michdan kepada pers di Mapolda Metro Jaya, Rabu (22/5). Kehadiran Michdan dan rombongan itu diterima Kepala Direktorat Reserse Kombes Bambang Hendarso Danuri. Ke-20 perwakilan Ormas itu sebelumnya berencana untuk bertemu Kapolda. Mereka diantaranya Majelis Mujahidin Indonesia, Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia, Hamas, dan Hizbud Thahir. Sementara itu di luar gerbang Polda Metro Jaya, terdapat 30 orang anggota PPMI. Mereka melakukan unjuk rasa dengan tuntutan serupa. Mereka mengusung poster diantara bertulisan: Theo Syafei Jangan Bikin Umat Islam Marah. Hakim Abdalla, kepala Divisi Advokasi PPMI, mengatakan pemerintah terkesan takut dengan menghentikan pengusutan kasus yang diduga melibatkan bekas Panglima Kodam IX Udayana itu. Massa ini membubarkan diri setelah mendengar 20 orang perwakilan ormas Islam tersebut dinyatakan bertemu dengan Kaditserse. Kasus rekaman Theo Syafei ini mencuat pada 1999 karena pidatonya di sebuah gereja yang disinyalir berisi hasutan permusuhan kepada umat Islam. Anggota Fraksi PDIP DPR ini bakal diancam pasal 156 KUHP tentang penyebaran rasa permusuhan. Saat ini, barang bukti beriupa kaset rekaman, kata mereka, disimpan di Ditserse Polda Metro Jaya. Saat itu, Kaditserse dipegang oleh Kolonel Polisi Alex Bambang Triatmojo. (Bagja Hidayat-Tempo News Room)