TEMPO Interaktif, Yogyakarta:Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta setiap tahun harus menombok rata-rata Rp 5 miliar untuk merawat pasien miskin. Besarnya dana yang harus ditomboki oleh RSUP Sardjito, karena tidak semua klaim yang diajukan dibayar sepenuhnya oleh PT Askes.Akibat besarnya dana yang harus ditanggung RS Sardjito untuk menutup biaya perawatan pasien miskin tersebut, keuangan rumah sakit itu terganggu."Tahun 2006 kemarin kita harus menombok Rp 5,6 miliar. Dan rata-rata setiap tahun kita memang selalu menombok, terutama untuk perawatan pasien miskin. Selama ini, pasien dari keluarga miskin memang dijamin oleh pemerintah. Namun kenyataannya klaim yang kami ajukan tidak dibayar sepenuhnya," kata Kepala Humas RSUP Sardjito, Trisno Heru Nugroho, saat ditemui Senin, (13/8).Heru mengatakan RSUP Sardjito mempunyai 750 tempat tidur untuk pasien rawat inap. Dari jumlah itu, 60 persennya diisi pasien yang masuk kategori asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin atau Askeskin. Untuk biaya perawatan dokter, kata dia, memang bisa diklaimkan ke PT Akses. Tapi untuk obat-obatan yang diberikan ke pasien, tidak semuanya dibayar oleh PT Askes."PT Askes hanya mau membayar klaim obat yang masuk daftar DOEN atau daftar obat esensial nasional. Padahal, banyak pasien yang harus diberi obat tertentu yang tidak termasuk DOEN. Obat-obatan itu tidak bisa diklaimkan, padahal kami harus membayar ke pabrik obat yang memasok obat-obatan tersebut," kata Heru.Menurut Heru, besarnya beban menomboki pasien Askeskin sangat mengganggu arus kas rumah sakit, karena rata-rata setiap bulan RSUP Sardjito harus tombok antara Rp 400 juta hingga Rp 500 juta. RSUP Sardjito selama ini melakukan subsidi silang dari pasien mampu. Hanya saja, lanjut dia, subsidi silang tersebut belum bisa menutup keseluruhannya.Syaiful Amin
Donald Trump tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya setelah undang-undang jaminan kesehatan baru lolos di Kongres dan hampir menggantikan Obamacare.