TEMPO Interaktif, Jember: Jumlah balita penderita gizi buruk di Kabupaten Jember, Jawa Timur terus meningkat. Bahkan sebagian penderita mengalami gizi buruk kritis. Penderita terakhir yang masuk Rumah Sakit Umum Daerah Soebandi Jember adalah Diyah Tika Rahayu, bayi berusia satu tahun dari dari Desa Renes, Kecamatan Ajung. Jumlah pasien gizi buruk di Jember terus bertambah belakangan ini. Sampai Juni 2007, rumah sakit ini sudah menangani 36 pasien gizi buruk. Sebayak 10 orang di antaranya meninggal dunia karena terlambat ditangani. “Kami minta orangtua rajin memberikan imunisasi di posyandu,” kata juru bicara Pemerintah Kabupaten Jember Yumarlis.Menurut Yumarlis, sampai saat ini dari total jumlah balita 195 ribu di Kabupaten Jember, ada sekitar 40 ribu balita yang belum diimunisasi. “Mereka rawan terkena gizi buruk,” kata dia. Yumarlis menyarankan orangtua tidak perlu takut membawa anaknya ke posyandu atau puskesmas terdekat. Sementara itu, Gebyar Tri Baskoro, dokter rumah sakit yang mengurus pasien gizi buruk, Ahad (1/7) menyatakan Diyah terkena marasmus kwaskioskor atau busung lapar. Selain itu pasien yang dirawat di rumah sakit sejak Kamis lalu ini juga menderita komplikasi penyakit seperti pendarahan saat buang air besar, tubercolosis, dan leuikimia kronis."Dari hasil pemeriksaan laboratorium, albuminnya hanya 29 gram persen dari seharusnya 39 gram persen,” kata Gebyar. Selain itu hemoglobinnya hanya 3 gram persen seharusnya 11 gram persen. Bahkan berat badan pasien ini hanya 5,2 kilogram dari berat badan normal 10 kilogram. Saat ini perawatan Diyah memasuki fase stabilisasi dan di bawah pengawasan ketat dokter. Gizi buruk yang menimpa pasien ini diperkirakan karena dia menderita TBC. Penyakit ini bisa disebabkan oleh faktor keturunan atau lingkungan rumah yang tidak bersih dan ada penderita TBC yang kerap membuang dahak sembarangan.Orangtua Diyah, Roni Akbar menyatakan keluarganya tidak memiliki riwayat sakit tubercolosis. Tapi, anaknya sudah tidak minum air susu ibu sejak berusia lima bulan. Sebagai gantinya si bayi diberi makanan pengganti berupa bubur. “Setelah itu sering berak darah," kata Roni. mahbub djunaidy