Pakar penerbangan dari London Geoffrey Thomas berpendapat insiden hilang kontak pesawat AirAsia sama seperti tragedi jatuhnya pesawat Air France berkode penerbangan AF447, 2009 lalu. Menurut dia, kemungkinan pilot QZ8501 menerbangkan pesawat dengan kecepatan terlalu lambat ketika bertemu dengan cuaca buruk yang ekstrem. (Baca: Air Asia Diyakini Tetap Jadi Favorit Pelancong)
Thomas memperkirakan, kecepatan AirAsia QZ8501 sekitar 100 knot, setara sekitar 160 kilometer per jam. "Terlalu lambat. Saat itu ketinggiannya juga sangat berbahaya," ujar dia. (Baca: Ini Bantuan Negara Jiran Cari Air Asia QZ8501)
Asosiasi Pilot Garuda, Stephanus Gerardus mengatakan pendapat Geoffrey salah. Menurutnya, terlalu dini untuk menyimpulkan AirAsia mengalami aerodynamic. Dia juga menegaskan airbus akan menambah power secara otomatis bila pesawat naik terlalu tinggi. "Kalau kokpitnya terlalu tinggi menyebabkan speed anjlok, itu salah. Airbus didesain otomatis untuk menambah power," ujarnya. (Baca: Air Asia Raib, Begini Kata Pilot TNI AU)
Dalam keadaan normal, kata Stephanus, airbus tidak dapat stall. Stall adalah kondisi salah satu sudut pesawat terlalu tinggi sehingga indung pesawat naik. Namun, bila keadaan abnormal seperti menerobos awan CB, bisa saja terjadi aerodynamic stall pada pesawat. "Tapi tidak mungkin pilot menerobos awan CB. Pasti menghindar," tutur Stephanus. (Baca juga: 4 Cerita Korban Selamat dari Kecelakaan Pesawat)
DEWI SUCI RAHAYU
Topik terhangat:
AirAsia | Banjir | Natal dan Tahun Baru | ISIS | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi: Papua Sangat, Sangat, Sangat Kaya, namun...
Akuisisi Bloomberg TV oleh Bosowa Rampung 2 Bulan
Harga Pertamax Turun Bulan Depan