Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pemerintah Ingatkan Bahaya Virus Ebola  

image-gnews
Jenazah seorang pria yang diduga tewas karena virus Ebola tergeletak di jalanan di Monrovia, Liberia, 5 Agustus, 2014. Warga tidak berani menyentuhnya meski telah ada himbauan dari pemerintah untuk tidak meninggalkan mayat korban Ebola di jalanan. AP/Abbas Dulleh
Jenazah seorang pria yang diduga tewas karena virus Ebola tergeletak di jalanan di Monrovia, Liberia, 5 Agustus, 2014. Warga tidak berani menyentuhnya meski telah ada himbauan dari pemerintah untuk tidak meninggalkan mayat korban Ebola di jalanan. AP/Abbas Dulleh
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama mengingatkan tentang bahaya virus ebola. Virus ini berpotensi mudah menyebar dengan angka kematian yang cukup tinggi. "Angka kematiannya berkisar 50 persen hingga 90 persen, bergantung pada faktor yang mempengaruhinya," kata Tjandra dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo, Ahad, 10 Agustus 2014. (Baca juga: WHO: Ebola Menyebar Terlalu Cepat)

Penularan virus ebola amat mudah. Di antaranya, melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan orang yang terinfeksi. “Penularan virus Ebola juga telah terjadi pada hewan liar yang terinfeksi sakit atau mati,” kata Tjandra. Hewan liar yang dia maksud yakni simpanse, gorila, monyet, antelop hutan, dan kelelawar buah. (Baca juga: WHO: Vaksin Ebola Baru Akan Siap Tahun Depan)

Virus ebola memiliki masa inkubasi 2-21 hari. Gejala terkenanya penyakit ini cukup bervariasi dan sering muncul tiba-tiba. Tjandra menjelaskan, gejala awal seseorang terjangkit virus ebola kadang berupa demam tinggi hingga 38,8 derajat Celcius. Gejala lainnya mirip dengan penyakit malaria, demam tifus, disentri, influenza, dan beberapa infeksi bakteri lain. (Baca juga: Unair: Kemungkinan Penularan Ebola ke Indonesia Relatif Besar)

Gejala lebih serius ditandai dengan munculnya diare, kotoran berdarah atau berwarna gelap, muntah darah, mata merah, distensi, perdarahan arteriola sklerotik, petekia, ruam, dan purpura. Gejala lain bersidat sekunder termasuk hipotensi (tekanan darah rendah), hipovolemia, dan takikardia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika terjadi perdarahan internal dan eksternal dalam tubuh pasien, menurut Tjandra, hal tersebut harus diperhatikan. Perdarahan dapat disebabkan oleh reaksi antara virus dan platelet yang memproduksi bahan kimia. “Ebola virus dapat mempengaruhi tingkat sel darah putih dan platelet sehingga mengganggu pembekuan darah,” ujarnya.

AISHA SHAIDRA


Berita Terpopuler

Ayah: Hamdan Zoelva Sering Terima Teror 
Jokowi Angkat Hendropriyono sebagai Penasihat 
UIN Jakarta Ungkap Kejahatan Seks ISIS
Berhemat, DKI Jakarta Tarik Semua Mobil Dinas 
Bendera ISIS Berkibar di Samping Kantor Polisi 
Ratusan Warga Bima Dibaiat Dukung ISIS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

1 hari lalu

.
Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.


Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Ilustrasi petugas Bea Cukai. Instagram/Beacukairi
Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.


Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri, menghadirkan anggota DPRD Labuhan Batu, Yusrial Suprianto Pasaribu dan pihak swasta Wahyu Ramdhani Siregar, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahnan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap dua orang tersangka baru Yusrial Suprianto Pasaribu dan Wahyu Ramdhani Siregar terkait Operasi Tangkap Tangan KPK terhadap empat tersangka Bupati Labuhan Batu, Erik A. Ritonga, anggota DPRD Labuhan Batu, Rudi Syahputra Ritonga, dua orang pihak swasta Efendy Sahputra dan Fazar Syahputra, dalam dugaan tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji terkait proyek pengadaan barang dan jasa dari APBD Tahun 2013 dan Tahun 2014 sebesar Rp.1,4 triliun di lingkungan Pemerintah Kabupatan Labuhan Batu. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.


Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

10 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan desa Laingpatehi setelah letusan Gunung Ruang, di Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.


Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

10 hari lalu

Upaya evakuasi dan penyelamatan korban banjir di Musirawas Utara, Sumatra Selatan. Foto Dokumentasi Basarnas Palembang
Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.


Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

20 hari lalu

Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.


3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

37 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?


Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

38 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.


Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

56 hari lalu

Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan IMERI-FKUI. Kredit: FKUI
Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.


Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Pasien penderita kusta di Rumah Sakit Anandaban Leprosy Mission di Lele, Nepal, 24 Januari 2015. (Omar Havana/Getty Images)
Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.