TEMPO Interaktif, Surakarta - Nama Jamaah Anshorut Tauhid kembali banyak dibicarakan setelah adanya penggerebekan polisi di Markas Wilayah Jamaah Anshorut Tauhid Jakarta. Rupanya, gerakan tersebut memiliki sifat yang berbeda dibanding organisasi lain pada umumnya.
Berikut ini adalah penjelasan Amir Jamaah Anshorut Tauhid, Abu Bakar Ba’asyir, mengenai jamaah yang dibentuknya pada 2008 lalu.
“JAT merupakan sebuah jamaah, bukan organisasi,” kata Ba’asyir. Menurutnya, jemaah tersebut tidak ubahnya dengan jemaah yang dilakukan ketika beribadah. Siapapun bebas untuk masuk dan keluar. Tidak ada seleksi serta sistem keanggotaan yang mengikat.
Sedangkan ketua atau amir dalam jemaah tersebut memiliki kekuasaan yang mutlak. “Jamaah harus taat pada amir, kecuali jika amir melakukan maksiat,” kata Ba’asyir. Sedangkan kepemimpinan amir tidak dibatasi dengan periode waktu tertentu. Dengan kata lain, pimpinan baru dapat diganti jika pemimpin meninggal atau melakukan maksiat.
Masalah itulah yang membuat Ba’asyir memilih meninggalkan Majelis Mujahidin Indonesia, dan mendirikan jemaah tersebut pada September 2008. Dia menolak sistem penggantian pimpinan majelis tersebut.
Sedangkan tujuan didirikannya jemaah tersebut adalah untuk terciptanya Daulah Islamiyyah. Menginginkan agar peraturan yang berada di negara ini dirubah agar sesuai dengan syariat Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pihaknya menggunakan cara-cara dakwah dan jihad. “Jihad tidak berarti meledakkan bom,” kata Ba’asyir. Menurutnya, bom hanya boleh diledakkan di daerah-daerah perang. Sedangkan Indonesia merupakan wilayah yang aman sehingga bom tidak boleh diledakkan.
Dia beralasan jika saat ini musuh tidak melakukan serangan senjata kepada muslim di Indonesia. “Mereka perang dengan menggunakan pikiran, dan akan kita balas dengan dakwah,” kata Ba’asyir.
Ba’asyir menegaskan jihad dilakukan oleh kelompoknya dengan amar ma’ruf nahi munkar. “Menyeru kepada kebaikan dan mencegah hal yang munkar,” kata dia. Salah satunya, dengan melakukan razia terhadap para pemabuk. Untuk melakukan hal itu, pihaknya siap bekerja sama dengan pihak lain.
Dia menolak jika jemaah tersebut dikaitkan dengan kelompok teroris. “Jamaah ini kita bentuk dan dideklarasikan secara terbuka,” kata dia. Hal itu tidak mungkin dilakukan oleh kelompok teroris yang memilih membuat gerakan secara sirri, atau sembunyi-sembunyi.
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Kepolisian Republik Indonesia pada Kamis lalu menangkap 12 orang di tiga tempat terpisah di Jakarta dan Bekasi. Sebagian mereka adalah anggota Jamaah Anshorut Tauhid.
AHMAD RAFIQ