TEMPO Interaktif, Cilacap - Hilangnya Laguna Segara Anakan dari peta bumi tinggal menunggu waktu saja. Luas Laguna yang dulunya kaya habitat laut itu kini tinggal 11 persen.
“Luasnya kini tinggal 700 hektare,” terang Kepala Kantor Pengelola Sumber Daya Kawasan Segara Anakan, Supriyanto, Kamis (15/10).
Pada pengukuran tahun 1930, kata Suprioyanto, luas kawasan Laguna mencapai 6.450 hektare. Menyempitnya Laguna disebabkan pendangkalan dari sungai Citanduy yang bermuara di Laguna tersebut. Selain itu, pendangkalan juga terjadi karena kiriman lumpur dari beberapa daerah longsor di sepanjang sungai Citanduy. “Setiap tahun, lumpur yang terbawa Sungai Citanduy mencapai 5.000 meter kubik,” imbuhnya.
Terakhir, kata dia, dampak gempa bumi Tasikmalaya pada 2 September lalu juga turut andil mendangkalkan Laguna. Sebab, lanjutnya, gempa bumi juga menyebabkan longsor di sejumlah daerah yang lumpurnya terbawa ke Laguna.
Masih menurut Supriyanto, dari hasil penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang dilakukan beberapa waktu lalu, mereka menemukan banyak tanah kritis di sepanjang daerah aliran Sungai Citanduy. Tanah kritis tersebut merupakan timbunan tanah bekas letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982. “Tanah ini rentan pergerakan, jika longsor bisa terbawa air dan masuk Citanduy,” ujarnya.
Dia menambahkan, penanganan Laguna tidak cukup hanya dilakukan dengan rehabilitasi. Namun, kata dia, harus ada pendekatan teknik sipil dan ekohidrolik karena permasalahan pendangkalan Laguna begitu kompleks.
Rencananya, tahun 2011 Laguna itu akan dikeruk. Dalam pengerukan tersebut akan diangkat 2,5 juta meter kubik sedimen.
Laguna Segara Anakan merupakan muara Sungai Cintaduy di laut Selatan. Sungai tersebut melintas di 11 kabupaten di Jawa Barat dan Jawab Tengah.
Ekosistem Segara Anakan disebut-sebut sebagai ekosistem mangrove terunik di Asia pasifik. Di laguna tersebut, berkembang 26 jenis pohon mangrove dan ratusan spesies udang dan ikan laut. Dari riset yang pernah dilakukan, setiap hektare mangrove dengan biota laut yang ada, nilai ekonomisnya mencapai Rp 17 juta. Selain itu, Laguna juga menjadi tempat pemijahan 45 jenis ikan, 17 di antaranya merupakan ikan tidak menetap.
ARIS ANDRIANTO