TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR, Charles Honoris, menyoroti potensi masalah lingkungan yang ditimbulkan dari program makan bergizi gratis, yaitu meningkatnya limbah makanan.
“Jangan sampai produk akhir atau limbah makan bergizi gratis ini menciptakan masalah baru, yaitu masalah lingkungan,” kata Charles saat ditemui wartawan usai rapat dengar pendapat dengan Badan Gizi Nasional di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 31 Oktober 2024. Oleh karena itu, Charles meminta Badan Gizi Nasional mengantisipasi dampak limbah makanan dari program unggulan Presiden Prabowo itu.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, mengaku sudah menyiapkan strategi untuk meminimalisir dampak lingkungan dari makan bergizi gratis. Ia mengatakan limbah makanan dari program ini akan digunakan sebagai pupuk di wilayah pertanian.
“Perlu diketahui kami akan mendistribusikan makanan dengan kemasan yang digunakan ulang, tidak dengan sekali pakai jadi tidak menambah sampah,” kata Dadan.
Potensi masalah limbah makanan sebelumnya diakui oleh Tim Pokja Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional, Niken Gandini. “Yang lebih banyak itu memang food waste. Di sekolah tidak terbiasa makan sayuran sehingga ada waste-nya,” kata Niken dalam diskusi di Forum Ekonomi Politik yang digelar Indef School of Political Economy secara daring pada Kamis, 17 Oktober 2024.
Makan Bergizi Gratis merupakan program unggulan Presiden Prabowo. Selain anak sekolah, program ini juga akan menyasar balita dan ibu hamil. Program ini mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 71 triliun yang diambil dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Pilihan Editor: Diundang Prabowo Makan Malam, Ridwan Kamil Sebut Bahas IKN