TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan sampai saat ini Surat Presiden (Surpres) pergantian Hasyim Asy'ari sebagai komisioner KPU belum selesai. Jokowi mengatakan akan mengebut pengiriman Surpres ke DPR jika sudah beres.
“Itu kan proses administrasi. Kalau sudah selesai rampung akan kami percepat,” kata Jokowi usai tinjau Pekan Imunisasi Nasional, Jayapura, 23 Juli 2024, dikutip dari video Sekretariat Presiden.
Jokowi tidak menjawab secara rinci ketika wartawan menanyakan kapan Surpres itu akan dikirim. Begitu juga kandidat pengganti dari Hasyim Asy’ari.
Hasyim dipecat oleh DKPP atau Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu pada 3 Juli 2024, atas dugaan pelecehan seksual. DKPP menyatakan bahwa Hasyim terbukti melakukan pelecehan seksual terhadap pengadu berinisial CAT – perempuan anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Den Haag.
Surat keputusan presiden atau Keppres No. 73 P yang diteken tanggal 9 Juli 2024 meresmikan pemberhentian dengan tidak hormat Hasyim Asy'ari sebagai Anggota KPU masa jabatan tahun 2022-2027. Proses pergantian Ketua KPU yang dilakukan oleh DPR bagaimana pun menunggu Surpres dari Jokowi.
Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa pihaknya belum menerima surat presiden terkait pergantian pemimpin KPU. "Sampai hari ini belum," kata pria yang akrab disapa Cak Imin saat memberikan keterangan pers di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Ahad, 21 Juli 2024, dikutip Antara.
Komisioner KPU Mochammad Afifuddin menjabat sebagai Pelaksana tugas (Plt) Ketua KPU, setelah rapat pleno bersama 6 anggota komisioner KPU pada Kamis, 4 Juli 2024.
Komisioner KPU, August Mellaz di Kantor KPU RI, Jumat 5 Juli 2024, mengungkapkan pengganti Hasyim kemungkinan akan diambil dari sisa 14 kandidat yang mengikuti seleksi komisioner pada 2022. Salah satu calon komisioner Viryan Aziz wafat pada 2022.
Pengganti Hasyim kemungkinan akan dipilih dari calon komisioner urutan berikutnya. Enam nama yang telah menjalani fit and proper test yakni Yessy Yatty Momongan, Iwan Rompo Banne, I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, Dahliah, Iffa Rosita dan Iwan Rompo Banne.
Pilihan editor: KSP Moeldoko Tidak Setuju TNI Boleh Berbisnis Lagi