TEMPO.CO, Jakarta - Peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) telah kembali ke Jakarta pada Senin, 15 Juli 2024, usai berlayar menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci bersama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). Sebanyak 75 peserta terpilih yang disebut Laskar Rempah itu berhasil mengarungi tujuh titik perairan jalur rempah, yakni Jakarta, Belitung Timur, Dumai, Saban, Melaka di Malaysia, Tanjung Uban, Lampung, dan berakhir kembali di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Jakarta Utara.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid, mengatakan melalui kegiatan ini, peserta mendapatkan bekal dan lokakarya oleh para fasilitator dan narasumber. Para peserta mendapatkan pengalaman langsung berinteraksi dengan laut selama satu bulan lebih.
"Jadi sangat berbeda lah kalau kita menggunakan pesawat, tinggalnya di hotel," kata Hilmar di Kolinlamil, Jakarta Utara, pada Senin, 14 Juli 2024.
Dalam perjalanan itu, peserta berkunjung ke beberapa tempat dan bertemu dengan pemerintahan lokal. Mereka bertukar pandang tentang kebudayaan serta batas-batas administratif negara modern yang terbaru. Sementara keberadaan jalur rempah sebetulnya memiliki sejarah panjang di Indonesia.
Hilmar menjelaskan kegiatan pelayaran ini turut membangun konektivitas di antara pelabuhan-pelabuhan yang mereka kunjungi. "Ini adalah kemungkinan untuk membangun konektivitas baru di samping jalur diplomasi yang sifatnya formal," ujarnya.
Diplomasi budaya itu, kata Hilmar, efektif untuk menimbulkan rasa persahabatan di antara penduduk. Sehingga tidak hanya diplomasi ke luar negeri, tetapi menyambungkan titik-titik di seluruh nusantara bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti, mengatakan mereka akan mengevaluasi manfaat dari MBJR jika memang dilanjutkan. "Yang kami harapkan ke depannya, model-model pengembangan dari semua program. Misalnya dari aspek pemanaatannya baik untuk pendidikan, nanti research-research untuk memperkaya literasi tetang jalur rempah," ucap dia.
Ia berharap akan ada pengembangan rempah sebagai obat-obat, bahan spa, dan sebagainya sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh petani maupun pengembangan. Pelayaran ini diharapkan mengembalikan Indonesia ke pusat perhatian global, serta mempromosikan kekayaan sektor budaya sebagai daya tarik utama.
Salah satu Laskar Rempah, Muhammad Luthfi Dzulfikar asal Papua Barat Daya mengatakan ia mengikuti program ini didasari oleh ketertarikannya pada sejarah dan budaya nusantara. “Pertama, program ini memberikan kesempatan untuk mendalami sejarah dan budaya yang kaya dari Nusantara yang seringkali kurang terpapar.” kata dia.
Menurut Lutfi, jalur rempah bukan hanya tentang perdagangan, tapi juga tentang perpaduan budaya, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai yang telah diwarisi dari generasi ke generasi. “Saya juga tertarik untuk mengambil peran dalam melestarikan 5 pilar budaya Jalur Rempah yaitu historia, seni budaya, kuliner, wastra dan kriya, serta ramuan.” kata Luthfi. “Sebagai anak muda, saya merasa bertanggung jawab untuk mengangkat kembali konektivitas budaya di masa lampau sehingga dapat berjaya di masa sekarang ini dan terus tetap lestari.”
Pilihan Editor: Muhibah Budaya Jalur Rempah Angkat Rempah sebagai Khazanah Budaya Nusantara