INFO NASIONAL – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendukung rencana penyelenggaraan Jakarta Pain Intervention Neuromodulation and Sonologist International Conference 2024 (JPNSC 2024) pada 21 Juli 2024 di Ballroom Artikular Klinik, Jakarta. Acara itu merupakan pertemuan rutin untuk membahas berbagai inovasi medis dalam penanganan nyeri yang berbasis evidence dan menyelesaikan sumber penyebab nyeri yang menghadirkan para pembicara internasional dari Turki, Qatar, Mesir, Arab Saudi, Inggris, Pakistan, dan Malaysia.
"Konferensi ini bisa memberikan pemahaman kepada para tenaga kesehatan tentang manajemen nyeri sebagai hal dasar yang perlu diketahui guna menyongsong Indonesia bebas nyeri tahun 2045,” kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu usai menerima penyelenggara JPNSC 2024 yakni dr. Alif Noeryanto Rahman, dr. Fajar Nurhadiyyah dan Ahmad Nabil Bintang di Jakarta, Rabu, 10 Juli 2024. “Sekaligus mendorong Indonesia sebagai pusat tatalaksana pengobatan nyeri terbaik se-Asia Tenggara,” tambah dia.
Rangkaian JPNSC 2024 sudah dilakukan di Kota Bandung beberapa waktu lalu, berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Menghadirkan dua pembicara dari Korea Selatan, yakni Presiden Korean Pain Society dari Seoul National University College of Medicine Prof Lee Pyoung Bok, dan Author Spinal Epidural Ballon Decompression and Adhesiolysis Prof Jin Woo Shin, yang membahas soal inovasi Spinal Ballooning.
"Nyeri merupakan salah satu keluhan umum pasien. Secara global, World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 20 persen orang dewasa mengalami nyeri kronis, dengan peningkatan 10-20 persen setiap tahunnya. Data WHO juga menunjukkan bahwa nyeri kronis dapat mengganggu produktivitas pasien, mempengaruhi kesejahteraan individu secara fisik dan emosional, dan pada akhirnya memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan bagi masyarakat," kata Bamsoet.
Ironisnya, lanjut dia, hingga saat ini nyeri masih menjadi masalah kesehatan yang masih sering terabaikan. Kurangnya kesadaran dan ketrampilan pengelolaan nyeri secara holistik yang berorientasi pada pasien menjadi salah satu hambatan terbesar dalam pengelolaan nyeri di Indonesia.
"Peningkatan kompetensi dan keterampilan profesional kesehatan, terutama dokter yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan, menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas layanan nyeri di Indonesia,” kata dia. Menurut Bamsoet, peningkatan kompetensi dan keterampilan profesional kesehatan secara komprehensif, terstandar, dan tersertifikasi menjadi salah satu kunci untuk mencapai pengelolaan nyeri yang optimal, efisien, dan berkualitas. (*)