TEMPO.CO, Jakarta - Jamaah Ansharu Syariah (JAS) membantah terlibat kegiatan terorisme setelah Densus 88 Antiteror menyebut ada anggotanya yang ditangkap. Menurut Juru Bicara JAS Abu Al Iz, penetapan tersangka dugaan terorisme anggotanya itu sama sekali tidak berhubungan dengan kegiatan mereka selama aktif di JAS.
“Memang saat ditangkap itu posisi sebagai anggota JAS, tapi ternyata peristiwanya bukan ketika yang bersangkutan menjadi anggota JAS. Artinya memang ada seolah-olah menghubung-hubungkan atau mengaitkan,” kata Abu Al Iz kepada Tempo melalui sambungan telepon pada Rabu, 27 Desember 2023.
Sebelumnya, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menyatakan Densus 88 menangkap 142 terduga teroris selama 2023. Tujuh orang di antaranya disebut berasal dari JAS. Hal itu diungkapkan Ramadhan dalam konferensi pers pada 20 Desember 2023. Keterangan itu dimuat Tempo pada hari yang sama.
Abu Al Iz berujar pihaknya menyayangkan pencatutan nama mereka sebagai organisasi yang menaungi terduga teroris. Padahal, kata dia, tidak ada putusan hukum apa pun yang menyatakan JAS sebagai organisasi teroris.
Dia juga menyatakan keberatan jika tindakan melawan hukum anggotanya secara individu dikaitkan dengan kelembagaan JAS. Menurutnya, pelanggaran hukum bisa dilakukan oleh orang dari latar belakang apa pun.
Baca Juga:
Abu Al Iz pun berujar penyebutan nama JAS oleh kepolisian adalah suatu kesalahan. JAS, kata Abu, bukan merupakan organisasi yang menganjurkan perbuatan melawan hukum. “Kami tidak membenarkan baik secara lembaga maupun secara pemikiran terhadap anggota melakukan pelanggaran hukum. Itu enggak. Kami bukan di situ,” ujar dia.
Abu Al Iz menduga peristiwa dugaan tindakan terorisme yang disangkakan kepada anggota JAS itu terjadi ketika mereka masih merupakan anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Dia pun mengungkapkan bahwa JAS dan JAT merupakan organisasi yang berbeda.
Menurutnya, JAS memang dibentuk oleh para mantan anggota JAT pada 2014. Namun, Abu Al Iz menjelaskan bahwa mereka berpisah karena tidak sepakat dengan sikap pimpinan JAT, Abu Bakar Ba’asyir, yang saat itu menyatakan mendukung Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS.
Abu Al Iz menyatakan JAS adalah organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan, dakwah, dan pendidikan. Hal itu, kata Abu Al Iz, sama seperti kebanyakan lembaga-lembaga keagamaan lainnya.
Pria itu pun mengatakan bahwa JAS bukan merupakan organisasi yang tertutup. “Karena kami terbuka aja sih ya, maksudnya terbuka dari dalam dan dari luar enggak terlalu jadi soal, yang paling penting adalah prinsipnya kemaslahatan, kebaikan,” kata Abu Al Iz.
Hingga berita ini ditulis, Tempo telah melakukan upaya konfirmasi kepada Juru Bicara Densus 88 Kombes Aswin Siregar. Namun, Aswin belum menanggapi pertanyaan Tempo tentang penyebutan nama JAS dalam konferensi pers 20 Desember 2023 lalu.
Pilihan Editor: Dewas KPK Berdalih Tak Bisa Pecat Firli Bahuri: Itu Sepenuhnya Kewenangan Presiden