TEMPO.CO, Jakarta - Bakal calon presiden (capres) Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto buka suara soal isu yang beredar dari kanal YouTube Seword TV besutan Alifurrahman Asyari, Direktur Seword Media Utama soal dirinya yang menampar dan mencekik Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi sebelum sidang kabinet di Istana Negara, Jakarta.
"Karena saya sering dihujat, yang terakhir saya dibilang mencekik seorang Wamen di Rapat Kabinet lagi, ya kan? Saya hanya, saya bukan mau membela diri, tapi saya mau menyampaikan orang-orang yang mengatakan bahwa saya berkhianat dengan bergabung sama Pak Jokowi ternyata saya mau katakan saya tidak pernah berubah," ujar Prabowo saat menghadiri acara Seminar Nasional Kebangsaan di Hotel Bidakara Jakarta pada Sabtu, 30 September 2023.
Menurutnya, jika diibaratkan menjadi lagu, hal ini seperti lagu favorit Prabowo yang liriknya 'Aku masih seperti yang dulu'. Ia mengklaim kesetiaannya kepada rakyat tidak pernah luntur. Prabowo juga menjelaskan, bahwa dulu para pendukungnya yang kecewa dengan bergabungnya bersama Presiden Jokowi bisa memahami tindakan dan manfaatnya untuk rakyat.
Ia menganggap keputusan tersebut benar. Prabowo juga kembali menegaskan bahwa dia tidak pernah berubah, mulai dari pendapat dan cita-cita perjuangannya. Karena apa yg ditulisnya dan apa yang diperjuangkankannya selama sekian puluh tahun masih konsisten hingga kini.
"Saya mau cerita boleh kan? Membela diri? Dia fitnah saya, kok dibilang saya nyekik. Ya gue sekarang membela diri dong. Saya dari umur 18 tahun sudah bekerja di desa-desa. Karena dibilang Pak Prabowo itu tidak dekat dengan rakyat," terangnya.
Atas tuduhan tersebut, Prabowo menceritakan kisahnya saat berumur 18 tahun. Ia yang baru pulang dari luar negeri bersama beberapa mahasiswa dari Bandung saat itu mendirikan lembaga pembangunan di kota kembang tersebut.
Selanjutnya pada 1987 saat masih berpangkat letkol, Prabowo sempat melatih 1.000 sarjana pendamping di desa tertinggal yang saat ini kemungkinan ada yang jadi bupati dan camat. Ia mengaku bangga karena dari 1.000 orang di desa miskin tersebut hampir tidak ada yang gagal dan hanya beberapa orang yang pulang karena sakit.
"Ini saya mau cerita saja, saya ini bukan hanya ahli teori. Saya jalankan, saya turunkan, saya bekerja. Hanya memang media waktu itu dikuasai, jadi apa pun yang kami buat tidak bisa direkam, sampai sekarang pun kami masih berjuang," kata Prabowo.
NUR KHASANAH APRILIANI