Elektabilitas dari berbagai lembaga survei yang telah ada biasanya selalu diperbaharui mendekati penyelenggaraan pemilu. Masyarakat sebagai voters dapat menggunakan hasil survei tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk memberi suara.
Di samping elektabilitas, masyarakat juga harus sadar akan kriteria pemimpin seperti apa yang ingin didukung. Jangan sampai hanya memberi suara kepada peringkat tertinggi elektabilitas tanpa mempertimbangkan aspek lainnya.
Rekam jejak calon pemimpin serta partai dan kader yang mendukungnya juga dapat menjadi bahan pertimbangan.
“Pemilih harus bisa kritis dan memilih partai politik, kader, bahkan pemimpin yang baik. Lihat rekam jejak yang baik, yang punya loyalitas, integritas kadernya yang paling baik di antara semuanya, yang lebih memprioritaskan kepentingan masyarakat dan negara, bukan kepentingan kelompoknya, atau dirinya sendiri,” Mudiyati menerangkan.
Kemungkinan Golput
Mudiyati menjelaskan, walaupun data hasil survei elektabilitas sudah banyak beredar, namun tetap ada kemungkinan pemilih memutuskan untuk tidak memilih atau golput. Biasanya orang-orang yang golput ialah mereka yang bingung dengan keabsahan informasi yang ada, sehingga sulit untuk percaya pada para kandidat.
Oleh karena itu, menurut Mudiyati, edukasi dan penyebaran informasi yang benar menjadi tanggung jawab semua pihak. Sebab seandainya kandidat terpilih memperoleh suara yang lebih sedikit ketimbang presentase golput, maka legalitas kandidat tersebut dan kandidat lainnya patut dipertanyakan.
“Makanya (partai) perlu memunculkan orang (kandidat) itu yang komplit ya, paket komplit,” kata Mudiyati.
Di sisi lain, para pengamat politik serta masyarakat yang sudah mengetahui perihal adanya kemungkinan golput juga menjadi bertanggung jawab dalam hal ini. proses kampanye dapat dikendalikan baik melalui aturan yang telah ada, maupun dari laporan aduan dari masyarakat.
“Kalau kita tahu bahwa possibility (golput) itu ada, artinya kan kita yang berwenang itu diharapkan bisa memitigasi kemungkinan-kemungkinan itu, sehingga informasi yang diperoleh menjadi benar, akurat, sahih. Jadi antisipasi itu yang perlu dilakukan oleh yang berwenang untuk menurunkan resiko itu,” Mudiyati menjelaskan soal kemungkinan golput dan hasil-hasik survei capres.
PUTRI SAFIRA PITALOKA
Baca juga : Sejak Kapan Muncul Lembaga Survei Lakukan Survei Capres di Indonesia?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.