TEMPO Interaktif, Morowali:Bencana banjir juga menerjang sejumlah desa di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Hujan deras yang mengguyur sejak Minggu kemarin telah merendam sebelas desa di Kecamatan Petasia. Hingga Senin (14/1), genangan air mencapai satu hingga dua meter dan merusak ribuan hektar sawah. “Kami tak menyangka banjir bandang ini datang begitu cepat dengan lauapan hebat. Biasanya banjir di Morowali terjadi pada bulan Maret atau April,” kata Tulaka, seorang warga Petasia. Bupati Morowali Tato Masitudju menaksir kerugian tak kurang Rp 4 00 juta. Tanaman padi yang berusia dua bulan hancur. Juga, sejumlah jembatan putus. “Perbaikan prasarana kami usahakan secepatnya,” ujarnya. Karo Informasi Komunikasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Burhanuddin Maragau, mengatakan pemerintah mendeteksi penyebab banjir bandang itu. “Kalau disebabkan hutan gundul di Morowali, sehingga penahan air tak ada, maka pemerintah akan menetibkan para pengelola hutan di daerah itu,” ujarnya. Kepala Divisi Kampanye WALHI Sulawesi Tengah, Edmond Leonardo Siahaan, menyakini banjir besar yang pertama kali di Morowali itu karena hutan-hutan di sekitar sungai sudah amat parah kondisinya. “Tingkat kerusakan hutan di Morowali terbilang cukup tinggi untuk setiap tahunnya. Data Walhi dan LSM Sahabat Morowali menyebutkan, tingkat penebangan hutan mencapai 500-800 hektar tiap tahun,” ujarnya. Situasi itu tidak terlepas dari mudahnya ijin pengelolaan kayu. Perambahan hutan juga mencapai wilayah cagar alam Morowali. Ini bisa dilihat dari semakin jarangnya tanaman kayu yang dilindungi, seperti pohon damar (agatis), Palapi, Langori, Kumea dan Hulumea. Selain itu Maranti dan Bintagor juga menjadi incaran penjarah. (Darlis Muhamad - Tempo News Room)
Berita terkait
Masih Ada 2.086 Hektare Lahan Bermasalah di IKN, Basuki Hadimuljono: Pasti Clear
2 menit lalu
Masih Ada 2.086 Hektare Lahan Bermasalah di IKN, Basuki Hadimuljono: Pasti Clear
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono buka suara soal 2.086 hektare lahan di IKN yang masih bermasalah.