TEMPO Interaktif, Solok: Korban gempa di Solok, Sumatera Barat masih belum memperoleh bantuan di sejumlah lokasi pengungsian. Mereka membutuhkan beras, tenda, dan air bersih. Untuk bertahan hidup, para pengungsi hanya berharap dari sumbangan sukarela di jalanan. “Kemarin saya dapat Rp 200 ribu,” kata Rosamil, pengungsi di pasar Sumani, Solok, Kamis (8/3).Uang itu, kata Rosamil, digunakan untuk membeli kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, dan telur. Ibu empat anak ini sudah tiga hari tinggal di tenda bersama 15 keluarga lain, yang berjumlah 90-an orang. Rumahnya di depan pasar Sumani hancur saat gempa menggoyang daerah itu.Di lokasi pengungsian Rosamil, bulan sabit merah mulai mendirikan posko kesehatan. Menurut koordinator posko, Agus, sejak tadi pagi sudah ada 30 pasien yang mengeluhkan iritasi mata, dan luka ringan akibat tertimpa puing bangunan. Berdasarkan pengamatan Tempo, Sumani masuk daerah yang cukup parah, belasan ruko hancur, sebagian besar rumah warga rusak parah.Mufidah Kalla, istri Wakil Presiden Jusuf Kalla, sekitar pukul 11.00 waktu setempat mengunjungi tempat pengungsian di Sumani. Ia memberi bantuan secara simbolis berupa uang tunai Rp 1 juta kepada keluarga korban meninggal dunia. Bantuan ini diserahkan kepada Golla Basri, yang ibunya tewas terkubur runtuhan rumahnya.Namun sejumlah pengungsi memprotes bantuan simbolis ini. Seorang pengungsi bernama Nelly mengatakan, bantuan yang diberikan itu rancu. "Lima anggota keluarganya saya tewas, tapi belum memperoleh bantuan," kata dia.Poernomo Gontha Ridho