Menteri Lingkungan Desak Pemda DKI Garap Sumur Resapan

Reporter

Editor

Rabu, 7 Maret 2007 14:50 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar menilai Pemerintah Daerah DKI Jakarta masih belum serius menangani sumur resapan. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan jumlah sumur resapan dengan jumlah rumah yang terdapat di Jakarta. "Sumur resapan di Jakarta tidak sampai seratus ribu. Masak, rumah di Jakarta sampai satu juta sumurnya hanya segitu, bagaimana ini Pemda?" katanya dalam acara sosialisasi sumur resapan air di Gedung TVRI, Jakarta, Rabu. Ketidakseriusan Pemda DKI juga terlihat dari kendurnya pengawasan terhadap kepemilikan sumur resapan air. Padahal, dalam Peraturan Gubernur nomor 16 tahun 2005 disebutkan, setiap pemilik bangunan yang menutup permukaan tanah diwajibkan memiliki sumur resapan. "Karena itu saya minta DKI untuk memeriksa apakah mereka punya sumur resapan. Karena setiap rumah kan harus punya sumur resapan," tambahnya. Dibandingkan dengan pembangunan banjir kanal barat dan timur, kata Rachmat, pembuatan sumur resapan relatif lebih sederhana dan murah. "Sumur resapan memang kecil, tapi kalau dikalikan seratus ribu, kan jadi besar," katanya. Pakar lingkungan dari Universitas Gadjah Mada, Agus Maryono, menyatakan hal serupa. Penggunaan sumur resapan air, kata dia, merupakan strategi yang sangat tepat untuk mengurangi debit air dan menanggulangi banjir di Jakarta.Selain itu, sumur resapan juga dapat digunakan sebagai penampung air hujan dan membuat tanaman yang tumbuh dipekarangan rumah menjadi lebih subur dan hijau. "Sayang sekali jika air hujan dibuang begitu saja, padahal air hujan lebih bersih dari air sungai," katanya. Dwi Riyanto Agustiar

Berita terkait

Rachmat Witoelar: Rahman Tolleng Guru Semua Orang

29 Januari 2019

Rachmat Witoelar: Rahman Tolleng Guru Semua Orang

Rahman Tolleng mengembuskan napas pada Selasa pukul 05.25 WIB di Rumah Sakit Abdi Waluyo Menteng.

Baca Selengkapnya

Kesepakatan COP 21 Paris Dibayangi Negosiator Bayaran

5 Desember 2015

Kesepakatan COP 21 Paris Dibayangi Negosiator Bayaran

Menurut Rachmat Witoelar, para negosiator ini masih berpikiran business as usual (BAU) dalam menyelesaikan persoalan perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Di COP21 Paris, Indonesia Libatkan Negosiator Non-Formal

3 Desember 2015

Di COP21 Paris, Indonesia Libatkan Negosiator Non-Formal

60 negosiator formal akan turut berunding di COP 21 Paris untuk mencapai kesepakatan.

Baca Selengkapnya

Rachmat Witoelar: Perubahan Iklim Mestinya Jadi Isu Pilkada

8 Oktober 2015

Rachmat Witoelar: Perubahan Iklim Mestinya Jadi Isu Pilkada

Rachmat kecewa masalah iklim hampir tidak pernah dibawa dalam visi misi seseorang yang mencalonkan diri menjadi kepala daerah.

Baca Selengkapnya

Pengurangan Emisi di Indonesia Jadi Kiblat Dunia  

14 Desember 2014

Pengurangan Emisi di Indonesia Jadi Kiblat Dunia  

Konferensi Perubahan Iklim di Lima menyorot pendanaan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Lemot Manfaatkan Energi Terbarukan

16 Oktober 2013

Pemerintah Lemot Manfaatkan Energi Terbarukan

Padahal potensi geotermal berlimpah dan tidak mengemisi gas-gas
rumah kaca.

Baca Selengkapnya

Indonesia Akan Tekan Amerika di Cancun

24 November 2010

Indonesia Akan Tekan Amerika di Cancun

Indonesia berharap ada kesepakatan dari Konferensi Para Pihak PBB untuk Perubahan Iklim di Cancun, Mexico.

Baca Selengkapnya

Indonesia Perlu Alternatif Energi Jangka Panjang

21 Juni 2007

Indonesia Perlu Alternatif Energi Jangka Panjang

"Australia saat ini sudah menggunakan tenaga ombak. Denmark memakai turbin angin. Dan dibeberapa negara maju ada yang menggunakan panas bumi dan matahari," kata Rachmat Witoelar.

Baca Selengkapnya

Menteri Lingkungan: PLTN Ramah Lingkungan Tapi Berisiko

21 Juni 2007

Menteri Lingkungan: PLTN Ramah Lingkungan Tapi Berisiko

"KLH menjaga agar inisiatif itu tidak merusak lingkungan," kata Rachmat Witoelar.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Minta Penyelundup Pasir Ditangkap

12 Maret 2007

Pemerintah Minta Penyelundup Pasir Ditangkap

Satu-satunya langkah untuk menghentikan pengiriman pasir ilegal ke Singapura, kata dia, adalah lewat penegakkan hukum. "Tegakkan saja hukumnya, tangkap yang mencuri dan yang menyembunyikan," kata Rachmat Witoelar.

Baca Selengkapnya