Jawa Barat Butuh 5.000 Ruang Kelas Baru untuk SMA dan SMK
Jumat, 8 September 2017 11:42 WIB
INFO JABAR - Terbatasnya daya tampung menyebabkan sekitar 170.000 siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Jawa Barat terancam tidak bisa meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena itu, Jawa Barat saat ini membutuhkan 5.000 ruang kelas baru bagi siswa SMP yang akan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK).
“Jadi harus bisa dibangun minimal 5.000 ruang kelas baru dan unit sekolah baru,” kata Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar setelah berkunjung ke SMK Negeri Pertanian Pembangunan (SMKN PP) dan SMA Negeri 1 Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis , 7 September 2017.
Sebanyak 5.000 ruang kelas baru itu bisa menampung hingga 150.000 siswa dan siswi SMP. Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga mendorong pengembangan SMA Terbuka yang mampu menampung 100.000 peserta didik per tahun. “SMA Terbuka hanya untuk orang yang berumur 18 tahun ke atas. Selain itu, kita memanfaatkan kerja sama dengan pesantren. Kita kasih ruang kelas baru (ke pesantren) lalu mereka bisa buat SMA atau SMK. Jadi SMA atau SMK berbasis pesantren karena betapa pentingnya pendidikan berbasis agama sekarang ini,” ucap Demiz, sapaan akrab Deddy.
Deddy sempat meninjau program pendidikan di SMKN PP Lembang. Di sana, para siswa diberikan pelajaran tentang pertanian, seperti budi daya produk dan wirausaha. Salah satu produk pertanian SMKN PP Lembang adalah jeruk dekopon. Jeruk hasil persilangan jeruk bagong dan jeruk Bali ini bisa dijual Rp 100-200 ribu per buah. Satu pohon bisa menghasilkan buah sampai 40 kilogram atau seharga Rp 4 juta. “Jadi kalau punya enam pohon, sama dengan memiliki satu hektare sawah dan bisa panen atau berbuah sepanjang tahun,” tuturnya.
Sedangkan di SMA Negeri 1 Lembang, Deddy sempat terpukau dengan grup band orchestra. Banyak program ekstrakulikuler yang dikembangkan di sekolah ini. Misalnya, musik, teater, fotografi, juga majalah sekolah. “Ekstrakulikuler di SMAN 1 Lembang luar biasa. Tinggal didorong bagaimana kewirausahaannya. Jadi bukan hanya produknya sendiri, tapi juga produk orang lain yang kita buat network-nya. Sekarang kan era digital,” ujarnya. (*)