Syarikat Islam Desak PBB Selesaikan Tragedi Rohingya

Reporter

Minggu, 3 September 2017 09:19 WIB

Puluhan pengungsi Rohingya berdoa usia melaksanakan salat Idul Adha di kamp pengungsian Kutupalang, Cox's Bazar, Bangladesh, 2 September 2017. Puluhan ribu warga Muslim Rohingya menyelamatkan diri menuju Banglades ketika meninggalkan wilayah konflik tersebut. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Pusat Syarikat Islam mendesak Perserikatan Bangsa-bangsa untuk melakukan langkah-langkah yang tepat untuk menghentikan persekusi atas etnis Rohingya di Myanmar. Tragedi yang terjadi di Myanmar tersebut bukan lagi menjadi persoalan regional Myanmar.

"Situasinya bukan lagi menjadi isu keamanan regional sebab komunitas etnis yang disebut sebagai warga tanpa negara tersebut sesungguhnya bukan ancaman terhadap negara Myanmar," kata Ketua Umum PP Syarikat Islam Hamdan Zoelva dalam keterangannya, Ahad 3 September 2017. Yang terjadi saat ini adalah tragedi kemanusiaan dan pelanggaran HAM.

Baca : Derita Rohingya, Badan Pangan PBB Tunda Kirim Bantuan

Menurut Hamdan, Myanmar perlu memahami bahwa komunitas Rohingya bukan merupakan milisi bersenjata. Berbeda dengan beberapa komunitas yang juga dipersekusi oleh penguasa sah di negaranya, misalnya Suku Kurdi di Irak. "Rohingnya adalah etnis yang amat lemah dan tidak memiliki milisi dan kelompok bersenjata," kata dia.

Karena itu, menurut Hamdan, tidak ada alasan keamanan negara untuk menekan masyarakat Rohingya hingga melakukan kekerasan. "Komunitas ini justru mengalami penderitaan yang nyaris mencapai puncak kebiadaban dalam seabad terakhir di Asia Tenggara," ujarnya.

Baca : Surat Terbuka Peraih Nobel Kritik Aung San Suu Kyi Soal Rohingya

Selain itu, komunitas Rohingya juga bukan gerakan politik. "Tidak ada representasi politik di Myanmar yang dapat mewakili perjuangan nasib masyarakat Rohingnya," kata Hamdan. Sejak puluhan tahun lalu, Myanmar telah diperintah oleh kekuasaan junta militer yang tidak memberikan kesempatan kepada publik, khususnya Rohingya untuk menyalurkan aspirasi politik. Sehingga tidak ada alasan keamanan negara untuk menekan masyarakat Rohingya karena mereka tidak memiliki lembaga politik dan gerakan penggalangan kekuatan politik di Myanmar.

Jangankan di Myanmar, komunitas Rohingya juga tidak mendapat sokongan khusus dari kekuatan politik internasional. "Etnis Rohingnya tidak memiliki relasi internasional yang dapat memperjuangkan nasibnya," kata Hamdan. Terjadinya tragedi ini adalah buktinya.

Menurut Hamdan, tragedi Rohingnya yang tak kunjung memperlihatkan ujungnya ini memperlihatkan kelemahan negara Myanmar dan komunitas internasional yang diwakili oleh PBB dan ASEAN secara regional dalam penegakan HAM. "Myanmar sebagai negara yang mendapat pengakuan lembaga-lembaga resmi internasional gamang dalam mewujudkan komitmen perdamaian dunia, demikian juga PBB dan ASEAN," kata dia.

NINIS CHAIRUNNISA

Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

24 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

34 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

49 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

9 Februari 2024

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak negara pesisir Samudera Hindia untuk menggenjot sistem mitigasi tsunami, mencakup kesiagaan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

21 September 2023

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

Presiden Jokowi berulangkali tidak hadir secara langsung dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

20 September 2023

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

Pembelajaran sepanjang hayat dan meningkatkan keterampilan menjadi kunci mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG.

Baca Selengkapnya

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

26 April 2023

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

Dua kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mewakili Indonesia di forum diskusi internasional ECOSOC Youth Forum PBBB

Baca Selengkapnya

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

5 April 2023

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

Larangan Taliban mendorong PBB meminta semua staf - pria dan wanita - untuk tidak masuk kerja selama 48 jam.

Baca Selengkapnya

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

29 April 2022

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

Pada tahun ini Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menembus posisi 10 besar dunia untuk SDG 1, yaitu No Poverty atau Tanpa Kemiskinan.

Baca Selengkapnya