ndonesia Urutan ke-114 Negara yang Warganya Melakukan Bunuh Diri
Editor
Untung Widyanto koran
Rabu, 23 Agustus 2017 19:43 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ahli kedokteran jiwa Universitas Gadjah Mada Dr dr Carla Raymondalexas Marchira mengatakan fenomena bunuh diri kini makin meningkat di masyarakat Indonesia.
Menurut Carla, Indonesia menempati urutan ke-114 di dunia (per 100.000 populasi) sebagai negara yang warganya banyak melakukan bunuh diri.
"Bunuh diri menjadi penyebab utama kedua kematian pada usia 15-29 tahun," kata Carla dalam dialog bertajuk “Fenomena Bunuh Diri: Aspek Psikiatri & Psikologi” di kampus UGM, Yogyakarta, Selasa 22 Agustus 2017.
Maraknya kasus bunuh diri di kalangan usia remaja, katanya, disebabkan oleh persoalan asmara. Sedangkan kasus bunuh di usia tua adalah penyakit yang tak kunjung sembuh. Selain itu persoalan ekonomi dan keluarga juga menjadi pemicu penyebab bunuh diri.
Carla menjelaskan setiap orang punya faktor pemicu yang berbeda-beda yang membuatnya ingin bunuh diri. Sebagian besar remaja bunuh diri disebabkan permasalahan asmara dan hubungan dengan kelompok sosial dan keluarga.
Hormon di kalangan remaja naik dan turun. Sehingga kondisi kejiwaannya juga bisa berubah serta labil. Sedangkan kalangan orang usia lanjut, faktor penyakit yang diderita yang tak kunjung sembuh menjadi salah satu penyebab keinginan untuk bunuh diri.
Cara umum yang digunakan untuk bunuh diri menurut World Health Organization di antaranya adalah menelan pestisida, gantung diri dan menggunakan senjata api.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa problem patologi dan krisis sosial telah mendorong banyak bentuk gangguan dan patologi individual termasuk bunuh diri.
Ahli Psikologi Klinis Dra. Sumarni, M.Kes menjelaskan faktor keturunan juga bisa memicu seseorang hendak bunuh diri. Ada beberapa orang yang punya gen yang memacu hingga mudah stress dan depresi.
Berdasarkan penelitiannya, pria lebih rentan bunuh diri tiga kali lipat dibanding wanita. Ia menjelaskan, di usia dini, anak yang orang tuanya sibuk diasuh oleh pengasuh anak.
Pengasuh anak ini menjadi pengasuh psikologi bagi si anak. Sehingga pengasuh harus dipilih yang bisa mendidik dan memberikan layanan kepada anak yang baik.
Upaya untuk menekan tindakan bunuh diri, kata dia, bisa dilakukan dengan meningkatkan daya mental. Daya tahan mental yang tinggi membuat kesehatan jiwa baik dan stabil.
Menurut Sumarni, peningkatan kesehatan mental bisa dilakukan sejak dini dan orang tua berperan penting melatihan kekuatan mental anak-anak.
Misalnya sejak usia 0-18 bulan orang tua harus membangun keterikatan yang kuat dengan anaknya. Jika anak menangis dan butuh sesuatu, orang tua harus peka dan segera mendekapnya.
“Dengan dekapan atau ciuman, anak merasa dicintai, dilindungi dan aman. Jika anak tidak dapat perlakuan seperti itu waktu kecil akan tumbuh menjadi anak yang cemas, penuh ketakutan dan rentan gangguan jiwa," kata dia.
Di Sleman, hingga Agustus ini sudah ada 14 kasus bunuh diri. Kasus terakhir adalah seorang guru menabrakkan diri ke kereta api di Kalasan, Sleman. Ia diduga bunuh diri karena sengaja tiduran di atas rel kereta api sesaat sebelum kereta api melintas. Di Kabupaten Gunung Kidul terjadi 25 kasus bunuh diri dan 3 kasus percobaan bunuh diri pada 2016.
MUH SYAIFULLAH