Tokoh 17 Agustus, Shinatria: Arkeolog Itu Penambal Sejarah  

Reporter

Selasa, 15 Agustus 2017 16:55 WIB

Mimpi besar Shinatria Adhityatama jadi salah satu orang yang menemukan kapal-kapal bersejarah yang tenggelam di perairan Nusantara, seperti Kapal Enrak dan Kapal Trinidad milik Ferdinand Magellan. Ia berharap hasil studi bersama timnya ini bisa mengungkap sejarah baru Indonesia. TEMPO/Rere Khairiyah

TEMPO.CO, Maluku Tengah - Shinatria Adhityatama, tokoh 17 Agustus Tempo.co, memilih jalan pedang sebagai arkeolog maritim. Peneliti muda di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) ini memiliki segudang prestasi. Sebut saja: penemuan kapal selam Nazi di Laut Jawa, kapal perang HMAS Perth milik Australia di Selat Sunda, dan kapal kuno dari abad ke-13 di perairan Kepulauan Riau.

Setahun setelah lulus kuliah dari jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada pada 2012, pria kelahiran 9 Desember 1987 ini bergabung di Puslit Arkenas. Dia dipercaya melakukan penelitian bidang arkeologi maritim. Tentunya, banyak risiko yang dia hadapi saat meneliti di bawah laut.

"Gelombang tinggi, arus bawah laut yang kencang," kata pria yang karib disapa Adit ini, kepada Tempo, Ahad, 6 Agustus 2017, di Hitu, Desa Hitu Messing, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. "Tapi itu salah satu risiko jadi arkeolog maritim. Harus tahan banting saat berada di bawah laut."

Berikut petikan wawancara Shinatria Adhityatama dengan Rere Khairiyah dari Tempo:

Baca: Edisi Khusus 17 Agustus: Orang Muda Inspiratif

Kenapa dulu memilih kuliah jurusan Arkeologi?
Dari kecil ketertarikan saya akan sejarah cukup tinggi. Di sisi lain, saya senang berpetualang di alam bebas, terutama menyelam. Jadi, saat kelas 3 SMA saya cari dapat informasi kalau jurusan ini bisa mengakomodir hobi dan minat saya.

Tidak ditentang oleh keluarga?
Justru sebaliknya. Ayah dan Ibu selalu demokratis dengan pilihan anaknya. Jadi, saat saya memilih Arkeologi, mereka malah mendukung asal itu dianggap baik. Begitupun kepada kakak perempuan saya yang mengambil ilmu Gizi.

Sejak kapan mulai suka dengan selam?
Pertama kali kenal dengan olahraga selam di Bali pada 2005. Saat itu belum lulus SMA. Setahun setelahnya, sebelum masuk kuliah, saya ambil sertifikat selam. Di kuliah saya mulai belajar arkeologi bawah laut dan membuat saya makin cinta dengan selam.

Lalu, kapan melakukan penelitian arkeologi maritim secara profesional?
Saat kuliah. Waktu kuliah tahun ketiga, Balai Arkeologi Yogyakarta mengajak saya bergabung dalam beberapa penelitian arkeologi maritim. Di antaranya, penelitian pola perdagangan candu, kapal dagang Maatschappij Fyenoord milik Belanda yang karam di Gili Raja, Pulau Madura.

Baca: Tokoh 17 Agustus: Shinatria, Arkeolog Penemu Kapal Selam Nazi


Shinatria Adhityatama saat melakukan eksplorasi di kapal selam U-boat milik Nazi Jerman. (Istimewa)

Selanjutnya: Bergabung dengan Puslit Arkenas

Berita terkait

Balai Arkeologi Melebur ke BRIN, Pegawai Honorer Diberhentikan

5 Januari 2022

Balai Arkeologi Melebur ke BRIN, Pegawai Honorer Diberhentikan

Pegawai yang masih bertahan di Balai Arkeologi dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional hanya cleaning service, satpam, dan sopir.

Baca Selengkapnya

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Ikut Melebur ke BRIN, Ini Kata Arkeolog

5 Januari 2022

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Ikut Melebur ke BRIN, Ini Kata Arkeolog

Ada 10 balai arkeologi yang kini terintegrasi dengan BRIN.

Baca Selengkapnya

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

14 Agustus 2021

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

gerakan Makkah sudah memiliki empat dapur di Tangerang Selatan untuk membagikan makanan gratis setiap hari bagi pasien Covid-19 yang sedang isoman.

Baca Selengkapnya

Peneliti: Lukisan Gua di Sulawesi Selatan Petunjuk Penting Jalur Migrasi Purba

15 Januari 2021

Peneliti: Lukisan Gua di Sulawesi Selatan Petunjuk Penting Jalur Migrasi Purba

Untuk lukisan gua, peneliti masih melebarkan riset ke arah Indonesia timur.

Baca Selengkapnya

Lukisan Gua Tertua di Dunia Ditemukan di Sulawesi Selatan, Berusia 45.500 Tahun

15 Januari 2021

Lukisan Gua Tertua di Dunia Ditemukan di Sulawesi Selatan, Berusia 45.500 Tahun

Lukisan gua itu dianalisis menggunakan metode Uranium-Series di Radiogenic Isotope Fasility, University of Quensland, Australia.

Baca Selengkapnya

Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

17 Agustus 2019

Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ikut menari dalam flash mob yang diinisiasi oleh sejumlah pegawai Kementerian Keuangan.

Baca Selengkapnya

Arkeolog: Banyak Situs Bawah Laut di Indonesia Belum Terungkap

26 September 2017

Arkeolog: Banyak Situs Bawah Laut di Indonesia Belum Terungkap

Penemuan 60 kapal Romawi kuno di Laut Hitam ternyata menarik perhatian ilmuwan Indonesia, terutama di bidang arkeologi maritim.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

21 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

Ryan Gondokusumo berhasil mengembangkan situs penyedia jasa desain menjadi platform yang mewadahi ribuan pekerja lepas dalam waktu tiga tahun.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

21 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

Prasetyo Andy Wicaksono menerapkan aplikasi digital Qlue Jakarta Smart City untuk memecahkan masalah perkotaan.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

20 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

Tokoh 17 Agustus Koran Tempo salah satunya adalah Firdaus Putra Aditama, 32 tahun.

Baca Selengkapnya