Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto meminta para bekas pengurus dan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) untuk mematuhi pernyataan bersama yang akan dikeluarkan oleh tiga kementerian. IRSYAN HASYIM
TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto gemas dengan masih adanya masyarakat Indonesia yang dicuci otaknya sehingga bersedia menjadi teroris dan mencelakai masyarakat lain. Lebih-lebih ketika aksi bom bunuh diri itu dikaitkan sebagai salah satu bentuk jihad agama.
“Silakan mau jihad atau apalah pakai bom bunuh diri, asal jangan ajak-ajak lainnya (mati). Pilih pantai yang indah lalu ledakkan diri sendiri di sana,” ujar Wiranto di sela meresmikan Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Rabu 9 Agustus 2017.
Wiranto menuturkan, hal yang paling disesalkan dalam berbagai aksi terorisme adalah dampaknya terhadap orang-orang tak bersalah dan tak berhubungan sama sekali dengan aksi itu.
Wiranto menilai maraknya radikalisme dan terorisme di Indonesia disinyalir kuat akibat proses cuci otak masif yang mendangkalkan nalar kemanusiaan lewat sebaran berita hoax dunia maya.
Wiranto menuturkan begitu besar dampak media sosial mengubah seseorang menjadi berpikiran sempit dan fanatik yang ujungnya mengancam kedaulatan negara.
Oleh sebab itu, ujar Wiranto, pemerintah dan masyarakat perlu melihat lagi soal bagaimana perubahan ancaman pada negara sudah terjadi amat pesat. Ancaman saat ini bukan lagi soal invasi dari asing, tapi justru lebih banyak dari dalam yang melibatkan masyarakat Indonesia sendiri.
BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme
3 hari lalu
BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), berikan Sertifikat Penerapan Standar Minimum Pengamanan kepada 18 pengelola objek vital strategis dan transportasi di Jakarta.