Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghadiri peluncuran Ensklopedia pemuka agama Nusantara di Jakarta, 19 Desember 2016. Ensiklopedia ini bertujuan membangun karakter bangsa sebagai bagian dari gerakan revolusi mental. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan madrasah sangat berperan sebagai lembaga pendidikan yang menjadi benteng penjaga persatuan nusa dan bangsa.
Lukman meminta khususnya kepada para guru di tiap madrasah bisa hadir terlebih dahulu sebagai figur dan teladan bagi para siswa sebelum menunaikan tugas utama sebagai pengajar. Baca:Menteri Agama Minta Full Day School Tidak Menggusur Madrasah
"Seperti Ki Hadjar Dewantara yang menerapkan cara pendidikan satria-pinandita ke pinandita-satria," ujar Lukman saat membuka Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (Aksioma) Nasional 2017 di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Senin petang, 7 Agustus 2017.
Di hadapan ribuan peserta siswa madrasah se-Indonesia itu, Lukman mengatakan filosofi pendidikan yang diterapkan Ki Hadjar Dewantara itu masih aktual diterapkan saat ini.
Lukman menuturkan, jika sebelumnya posisi guru dalam dunia pendidikan diletakkan dengan konsep “pahlawan (satria) yang berwatak spiritual (pinandita)”, diubah menjadi “guru spiritual yang berjiwa pahlawan”.
Dari konsep Ki Hadjar itulah, ujar Lukman, hendaknya guru menyiapkan diri menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri sebagai pahlawan dan menyiapkan peserta didik dengan ilmunya. Simak juga:OJK Kenalkan Sistem Keuangan kepada Siswa Madrasah
"Madrasah yang menggunakan cinta dalam pendidikannya akan menghasilkan peserta didik yang mengerti arti toleransi di Indonesia yang majemuk dan beragam ini," ujar Lukman.
Dia menuturkan madrasah yang bisa menanamkan sikap penghargaan, cinta, dan toleransi kepada peserta didiknya yang dapat menghasilkan generasi penjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.