1 Prajurit TNI yang Tewas Saat Latihan Tempur Dimakamkan di TMP Padang
Editor
Dwi Arjanto
Kamis, 18 Mei 2017 18:36 WIB
TEMPO.CO, Padang – Suasana haru menyambut kedatangan jenazah Kapten Arhanud Heru Bayu di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Lolong Padang, Sumatera Barat, Kamis siang, 18 Mei 2017. Prajurit TNI Angkatan Darat asal Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, itu wafat setelah kecelakaan saat latihan tempur di Natuna, Rabu, 17 Mei 2017.
”Telah kami antarkan ke tempat peristirahatan terakhir jenazah Kapten Heru, yang telah meninggal dunia Rabu, 17 Mei 2017, di daerah latihan Pulau Natuna,” ujar Kepala Seksi Logistik Korem 032/Wirabraja Letkol Kavaleri Asep Solihin, yang memimpin upacara pemakaman, Kamis, 18 Mei 2017.
Baca: Latihan Militer di Natuna, TNI AD Boyong 100 Tank Leopard
Menurut dia, Kapten Heru dikenal sebagai prajurit yang baik, patuh, dan taat dalam melaksanakan tugas sehingga almarhum diberi tanda penghargaan karena telah mengabdi kepada bangsa.
Heru merupakan anak sulung dari pasangan Bahri dan Marjuni. Almarhum, yang meninggal di usia 29 tahun, meninggalkan satu orang istri dan dua orang anak.
Adik Heru, Yogi Tribayu, 24 tahun, mengaku sehari-hari kakaknya dinas di Batalion Arhanudri 1/Divisi 1 Kostrad Serpong. Keluarga baru dapat informasi beberapa jam setelah kejadian tersebut.
”Kami diberi tahu pihak Batalion soal kejadian itu,” ujar Yogi dengan nada sedih seusai pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa Padang, Kamis, 18 Mei 2017.
Selain Heru, kecelakaan latihan tempur menewaskan Prajurit Kepala Edy, Prajurit Satu Marwan, dan Prajurit Satu Ibnu. Sedangkan empat korban terluka yang dilarikan ke Rumah Sakit TNI Pontianak adalah Sersan Dua Alfredo Siahaan, Sersan Satu Blego, Prajurit Dua Wahyu Danar, dan Prajurit Satu Bayu Agung. Korban terluka lain yang dirawat adalah Prajurit Satu Ridai, Prajurit Satu Didik, Prajurit Kepala Edi Sugianto, dan Pembantu Letnan Dua Dawid.
Simak pula: Latihan Perang di Laut Cina, TNI Tak Libatkan Negara Lain
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Alfret Denny Tuejeh mengatakan kejadian ini berawal ketika latihan pendahuluan yang dilakukan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Natuna, sekitar pukul 11.21 WIB. Saat latihan, pucuk meriam giant bow dari Batalion Arhanud 1/K yang melakukan penembakan mengalami gangguan pada pembatas elevasi.
Akibatnya, meriam tersebut tak bisa dikendalikan dan menjadi liar. Lebih lanjut, Alfret menyatakan pihaknya sedang melakukan investigasi atas peristiwa kecelakaan latihan tempur tersebut. “Investigasi sedang berlangsung.”
ANDRI EL FARUQI