Kongres Ulama Perempuan Indonesia Ungkap Soal Peminggiran Wanita

Reporter

Rabu, 26 April 2017 19:31 WIB

Kongres Ulama Perempuan Indonesia. kupi-cirebon.net

TEMPO.CO, Cirebon - Peradaban Islam di dunia sudah memperlihatkan dan menggambarkan posisi, peran dan aktivitas kaum perempuan Islam. Adanya kebijakan negara justru meminggirkan perempuan dari ruang publik.

Ketua Yayasan Fahmina Cirebon, KH Husein Muhammad menjelaskan jika pusat-pusat peradaban Islam, paling tidak di 3 tempat yaitu Damaskus, Suriah; Baghdad, Irak; dan Andalusia, Spanyol, telah memperlihatkan dan menggambarkan secara jelas fakta perempuan Islam di atas panggung sejarah Islam awal.

Baca juga: Alasan 780 Ulama Perempuan Berkongres di Cirebon

“Saat itu banyak perempuan yang menjadi ulama, cendekia dan intelektual profesional dengan beragam keahlian dan dengan kapasitas intelektual yang relatif, bahkan mengungguli ulama laki-laki,” kata Husein dalam seminar dengan tema Peran Ulama Perempuan dalam Meneguhkan Nilai Keislaman, Kebangsaan dan Kemanusiaan pada Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) di Ponpes Kebon Jambu Al Islamy, Babakan Ciwaringin, Cirebon, Rabu, 26 April 2017.

Banyaknya ulama perempuan ini, menurut Husein, karena memang Islam hadir untuk kemanusiaan. “Islam memang hadir untuk sebuah cita-cita kemanusiaan,” kata Husein. Yaitu membebaskan penindasan, diskriminasi, dan kebodohan, menuju perwujudan kehidupan yang setara, berkeadilan dan berilmu pengetahuan untuk semua manusia. “Untuk semua manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan,” kata Husein.

Nama-nama perempuan ulama maupun intelektual tersebut, menurut Husein, terekam dalam banyak buku. Di antaranya buku Al Ishabah Fi Tamyiz al Shahabah yang dikarang oleh Ibnu Hajar. Dalam buku tersebut menyebutkan adanya 500 perempuan ahli hadis. Para ulama perempuan tersebut telah mengambil peran-perannya sebagai tokoh spiritual dan pribadi-pribadi dengan moralitas terpuji. Aktivitas mereka tidak hanya dari dan dalam ruang domestik (rumah), tetapi juga dalam ruang publik politik dalam arti yang lebih luas.

Sayangnya, lanjut Husein, sejarah kaum muslimin sesudah itu justru memasukkan kembali kaum perempuan ke dalam kerangkeng rumahnya. Aktivitas intelektual dibatasi, kerja sosial, politik dan kebudayaan mereka juga dipasung. “Mereka dilupakan dan dipinggirkan,” kata Husein.

Hal itu konon dilakukan atas nama kasih sayang, perlindungan dan penghormatan terhadap perempuan. Menurut Husein, ada dua frase sakti yang membelenggu aktualiasi diri kaum perempuan yaitu jargon “menjaga melindungi” dan “menjaga kesucian moral”. Dunia, lanjut Husein, telah kehilangan cara bagaimana melindungi tanpa membatasi.

Kondisi ini bahkan diperparah dengan adanya kebijakan negara untuk pembekuan aktivitas intelektual dan kebebasan berpikir terhadap terhadap kaum perempuan. Akibatnya, terjadi peminggiran kaum perempuan dari ruang publik dan dalam dunia ilmu pengetahuan secara khusus. Namun sejak awal abad 20 hingga kini, menurut Husein, sudah dilakukan berbagai upaya baru yang menggugat keterpinggiran perempuan. Dimulai dari Rifa’ah Rafi ‘al-Thahthawi, orang pertama yang mengkritik pandangan konservatif yang merendahkan dan memarjinalkan kaum perempuan.

“Ia mengkampanyekan kesetaraan dan keadilan gender, serta menyerukan dibukanya akses pendidikan yang sama bagi kaum perempuan,” kata Husein. Dari mereka kemudian lahirnya para ulama dan aktivitas perempuan di banyak negara muslim yang tampil kembali ke panggung sejarah.

Ketua Pengurus Pusat Aisyiah, Siti Aisyah, mengungkapkan jika di era abad 21 ini tantangan dakwah ulama perempuan justru semakin kompleks. “Seiring banyaknya persoalan yang dihadapi perempuan, tantangan dakwah ulama perempuan justru semakin kompleks,” katanya.

IVANSYAH

Berita terkait

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

55 hari lalu

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

Sejumlah gagasan yang disampaikan Puan diadopsi pada joint statement di KTT Ketua Parlemen Perempuan.

Baca Selengkapnya

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

56 hari lalu

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"

Baca Selengkapnya

6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

8 Desember 2023

6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

Melakukan solo traveling untuk perempuan kini bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini rekomendasi negara yang aman untuk solo traveling perempuan.

Baca Selengkapnya

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

25 November 2023

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

Kisah Juliana soal perempuan dan perjuangan atas hak-haknya.

Baca Selengkapnya

5 Rekomendasi Wisata Cirebon yang Bisa Dikunjungi Minggu Ini

1 November 2023

5 Rekomendasi Wisata Cirebon yang Bisa Dikunjungi Minggu Ini

Wisata Cirebon terkenal dengan keindahan alam serta kulinernya yang enak. Berikut ini beberapa rekomendasi wisata Cirebon yang bisa Anda kunjungi.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

11 Oktober 2023

Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

Indonesia kembali terpilih menjadi anggota Dewan HAM PBB periode 2023 - 2026 dengan perolehan suara tertinggi sepanjang sejarah pencalonannya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

7 Oktober 2023

Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

Penganugerahan Nobel Perdamaian kepada aktivis yang dipenjara, Narges Mohammadi, telah meningkatkan pengawasan terhadap hak-hak perempuan di Iran.

Baca Selengkapnya

Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

6 Oktober 2023

Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

Narges Mohammadi, aktivis hak perempuan asal Iran yang kini masih dipenjara, memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian 2023.

Baca Selengkapnya

Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

5 Oktober 2023

Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

Pilpres yang sedang berlangsung di Argentina menyoroti debat tentang hak perempuan dan akses aborsi.

Baca Selengkapnya

7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

16 Juni 2023

7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

Kesetaraan gender adalah isu yang terus diperjuangkan di seluruh dunia. Film memiliki kekuatan untuk mengangkat isu-isu sosial ini. Apa saja?

Baca Selengkapnya