Cerita Menteri Susi Blusukan di Wakatobi
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Rabu, 5 April 2017 06:53 WIB
TEMPO.CO, Kendari - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kembali blusukan di dua desa di Kecamatan Wangiwangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kepala Bidang Protokoler Komunikasi Publik dan Kerja Sama Sekretariat Pemerintah Kabupaten Wakatobi La Ode Ifi, melalui telepon dari Wangiwangi, mengatakan Susi berada di Wakatobi selama dua hari pada Senin dan Selasa, 3-4 April 2017.
Susi, kata dia, memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada warga di dua desa, yaitu Desa Mola Mola Selatan dan Mola Utara. "Di Mola Selatan, warga yang mendapat pelayanan kesehatan gratis sebanyak 204 orang, sedangkan di Mola Utara, ada 95 orang yang memeriksakan kesehatan," ujarnya, Selasa, 4 April.
Baca: Menteri Susi:Kalau Buang Sampah ke Laut, Rumahnya Juga Saya Buang
Menurut dia, dalam pelayanan pengobatan gratis tersebut, Susi mengerahkan 2 dokter gigi, 3 dokter umum, 11 perawat kesehatan, 6 petugas farmasi, dan 6 kader kesehatan. Seluruh biaya pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat di dua desa tersebut, ujar Ifi, ditanggung Susi.
"Semula, pelayanan kesehatan tersebut hanya berlangsung selama satu hari. Namun, melihat animo masyarakat yang datang berobat, (pelayanan kesehatan) ditambah menjadi dua hari, yang berakhir hari ini," ucapnya.
Ifi menambahkan, dua pekan sebelumnya, Susi juga blusukan dan menemui para keluarga nelayan Bajo di Wakatobi. Susi juga memberikan biaya pengobatan kepada dua warga Wakatobi yang menderita penyakit gondok untuk melakukan operasi. "Saat bertemu para keluarga nelayan dua pekan lalu, Susi juga mengajak mereka mengurus dokumen asuransi kecelakaan laut. Sebab, manfaat asuransi kecelakaan laut cukup besar," katanya.
Baca: Survei: Menteri Susi Dinilai Publik Paling Baik Kinerjanya
Dalam kesempatan kunjungan pertama pada akhir Maret 2017 itu, Susi mendapati banyak sampah plastik berserakan di sekitar rumah warga yang berada di pinggir pantai. Kondisi tersebut membuat kampung Suku Bajo terkesan kumuh dan tidak layak huni. Seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jumat, 24 Maret 2017, dalam kunjungan itu, Susi juga berinteraksi langsung dengan warga setempat. Menurut Susi, kondisi kesehatan warga di sana kurang baik. Susi pun mengusulkan kampung Suku Bajo direvitalisasi dengan memindahkan kampung tersebut ke tempat lain yang penataan permukimannya lebih baik.
Susi menyampaikan pemerintah akan mencarikan dana untuk mewujudkan rencana tersebut. Adapun lokasi yang akan dijadikan tempat relokasi kampung Suku Bajo itu masih satu kecamatan dengan Desa Mola Utara, yakni Desa Liya Mawi. "Agar kehidupan Suku Bajo lebih baik. Lokasi baru ini juga diharapkan dapat menjadi obyek wisata baru di Wakatobi," ujar Susi.
Desa Liya Mawi merupakan desa pesisir yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pembudidaya rumput laut. Dalam kunjungan itu, Susi menyempatkan diri melihat kondisi lahan budi daya di sana. Ternyata, di sana telah terjadi pendangkalan akibat penambangan pasir ilegal di sekitar lahan budi daya rumput laut. Hal itulah yang mereka keluhkan karena dapat menurunkan produksi rumput laut.
Baca: Nyentriknya Menteri Susi, Naik Mobil Bak Polisi Sampai Makan Bakso
Selain berkunjung ke Desa Mola Utara, Susi juga mendatangi kampung Suku Bajo di Desa Sama Bahari, Kaledupa, Wakatobi. Di sana, Susi mendapati sebagian besar nelayan belum mengikuti program asuransi nelayan. “Jika sayang keluarga, ayo daftar asuransi nelayan. Tidak bayar, syaratnya juga gampang, hanya fotokopi KTP dan kartu keluarga," tuturnya.
Susi menjelaskan, kementeriannya memang memprioritaskan nelayan-nelayan Suku Bajo mendaftar dalam program asuransi nelayan. Program tersebut, menurut dia, merupakan bentuk perlindungan yang diberikan pemerintah kepada Suku Bajo karena sebagian besar masyarakatnya menggantungkan diri dari lautan sehingga risiko yang dihadapi di laut, seperti kecelakaan, sangat tinggi.
ANGELINA ANJAR SAWITRI | ANTARA