TEMPO.CO, Jakarta - Sejarawan asal Belanda Harry A Poeze menilai Tan Malaka memiliki 14 karakter dan dikenal dunia internasional sebagai tokoh yang berhasil melakukan penyamaran di sejumlah negara selama 20 tahun.
Baca juga: Kejadian Mistis saat Makam Tan Malaka Dipindahkan
"Tan Malaka dikenal sebagai pemikir, aktivis, gerilyawan, diplomat, hingga dituduh sebagai mata-mata," kata Harry A Poeze pada diskusi publik "Pemikiran dan Perjuangan Tan Malaka" di Gedung MPR/DPR/DPD RI di Jakarta, Senin, 27 Maret 2017.
Menurut Harry A Poeze, Tan Malaka setelah selama sekitar 20 tahun mengembara, di Asia dan Rusia, kembali ke Indonesia pada 1942.
Setelah kembali ke Indonesia, katanya, Tan Malaka yang menjadi tokoh pelarian tetap menyamar dengan menggunakan beberapa nama.
Sejarawan dari Universitas Indonesia, Mohammad Iskandar menilai, Tan Malaka adalah pejuang yang kesepian dan tokoh misterius.
Tan Malaka dalam perjuangannya, kata dia, berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya dan dari suatu negara ke negara lainnya, dengan berganti-ganti-nama.
"Kelebihan Tan Malaka adalah mengusai sejumlah bahasa dan menggunakannya secara fasih," katanya.
Pada saat Tan Malaka tinggal di Banten, dia menggunakan nama Ilyas Husein.
Seorang keturunan Tan Malaka, Hengky Novaron Arsil mengatakan, Tan Malaka lahir di Nagari Pandan Gadang, Sumatera Barat, pada 1894.
Menurut dia, Tan Malaka kecil hidup dalam keluarga yang relijius, tapi gemar bermain layang-layang dan sepak bola.
Tan Malaka yang di kampungnya bernama Ibrahim, kata dia, dikenal sebagai anak yang cerdas tapi nakal.
Baca juga: Duplikat Makan Tan Malaka Dibuat di Kam;pung Kelahirannya
"Pada usia 16 tahun, Tan Malaka sudah hafal Al Quran, dan mendapat beasiswa untuk belajar di sekolah guru Fort De Kock di Bukittinggi, tempat sekolah anak-anak priyayi," katanya.
Tan Malaka kemudian melanjutkan pendidikan ke Belanda. "Di Belanda, Tan banyak belajar soal politik," katanya.
Hengku juga mengakui, memiliki pemikiran yang revolusioner dan mengembara dari satu negara ke negara lainnya, selama 20 tahun, pada 1922-1942, dengan menyamar.
Menurut dia, Tan Malaka sukses dalam penyamarannya menggunakan 23 nama berbeda, karena fasih menggunakan sejumlah bahasa, baik bahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Rusia, Fipilina, dan bahasa lainnya.
ANTARA
Berita terkait
Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam
1 jam lalu
Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaSitus Sejarah Hingga Museum Jadi Favorit Wisatawan di Festival Musim Semi Cina
18 Februari 2024
Liburan Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek berlangsung meriah di Cina. Wisatawan penuhi libur 8 hari itu ke berbagai destinasi wisata menarik.
Baca SelengkapnyaArab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam
6 Februari 2024
Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi
Baca SelengkapnyaOptimis Ganjar-Mahfud Kuasai Suara, Sekjen PDIP: Keduanya Berpihak Sejarah yang Benar
14 Januari 2024
Mengingat pentingnya sejarah itu, Hasto mengungkap pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Lokasi Tragedi Situjuah di Sumatra Barat, Ada Peringatan Khusus Setiap Januari
12 Januari 2024
Sampai saat ini tragedi Situjuah masih dikenang masyarakat Nagari Situjuah Batua Sumatra Barat. Ada pengibaran bendera sebulan penuh dan ziarah makam
Baca SelengkapnyaBernalar Berdaya di SMAN 91 Jakarta: Membangun Generasi Muda dengan Pemikiran Cerdas dan Literasi
11 Januari 2024
Kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan generasi muda terhadap literasi digital dan sejarah.
Baca SelengkapnyaIni Alasan Kenapa Tahun Baru Jatuh Pada 1 Januari, Ada Sejarahnya
26 Desember 2023
Januari ditetapkan sebagai awal tahun baru melalui sejarah yang panjang. Berikut ini alasan kenapa tahun baru jatuh pada 1 Januari.
Baca SelengkapnyaSejarah Hari Ibu 22 Desember, Berawal dari Sumpah Pemuda
22 Desember 2023
Sejarah Hari Ibu 22 Desember berawal dari Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 hingga mencetuskan para perempuan untuk menyatukan diri.
Baca SelengkapnyaInilah 3 Alasan Persib Bandung Ubah Hari Lahir Klub
22 Desember 2023
Berikut adalah alasan Persib Bandung mengubah tanggal lahirnya menjadi 5 Januari 1919.
Baca Selengkapnya6 Hal Seru yang Bisa Dilakukan di Hanoi Vietnam, Menjelajah Danau dan Mencicipi Kopi Telur
26 November 2023
Berlayarlah di sepanjang Teluk Halong atau lakukan perjalanan sehari ke Provinsi Ninh Binh untuk menjelajahi gua selama berkunjung ke Hanoi Vietnam.
Baca Selengkapnya