Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 1 September 2016. Rapat ini membahas asumsi makro terkait sektor energi untuk acuan dalam RAPBN 2017 serta laporan kebijakan Menteri ESDM pasca reshuffle. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menilai Abdurrahman Wahid sebagai Presiden atau mantan Presiden Indonesia yang miskin. Komentar itu bukan tanpa alasan. Di mata Luhut sosok Abdurrahman Wahid alias Gus Dur amat pemurah.
"Saya suka lihat bagi-bagi uang untuk santri atau kiai," kata Luhut saat memberi sambutan di Sekolah Kepemimpinan Gus Dur di Jakarta, Ahad, 26 Maret 2017. Namun dibalik itu, bagi Luhut, Gus Dur merupakan pemimpin Indonesia paling fenomenal dalam hal nilai-nilai kebangsaan.
Luhut yang pernah duduk sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Presiden Gus Dur mengaku belajar banyak hal tentang nilai kebangsaan dan kebersamaan. Menurut dia, Gus Dur amat peduli dengan kelompok yang terpinggirkan.
"Kenapa Gus Dur terus dikenang karena banyak melindungi orang bermasalah. Beliau tidak membeda-bedakan," kata dia.
Menteri Luhut berharap nilai-nilai kemanusiaan yang sudah diwariskan Gus Dur bisa diteruskan kader Partai Kebangkitan Bangsa. Ia menyatakan bila PKB ingin merebut banyak kursi di parlemen, harus memberikan keteladanan bagi masyarakat, sama seperti yang dilakukan Gus Dur. "Harus jadi teladan di mana saja," kata Luhut.
Sekolah Kepemimpinan Gus Dur diikuti 150 kader PKB. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar berharap dengan adanya sekolah ini para kader PKB bisa meneruskan karakter-karakter Gus Dur. "Harapannya bisa melahirkan pemimpin," ucapnya.