Pantau Ekosistem Terumbu, Ekspedisi Alor-Flores Timur Digelar  

Reporter

Jumat, 24 Maret 2017 01:34 WIB

Wisatawan asing memasang terumbu karang bersama pemandu wisata dalam rangkaian kegiatan Sanur Village Festival 2016 di Pantai Sanur, Bali, 26 Agustus 2016. Festival ini diisi dengan berbagai atraksi wisata, seni, budaya, kuliner. ANTARA/Nyoman Budhiana

TEMPO.CO, Jakarta - WWF Indonesia dan Yayasan Reef Check Indonesia melaksanakan ekspedisi laut di kawasan konservasi perairan Alor dan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Lesser Sunda Project Leader WWF Indonesia Muhammad Erdi Lazuardi mengatakan ekspedisi ini bertujuan melihat status dan perubahan ekosistem terumbu karang serta mengevaluasi dampak ekologi pengelolaan kedua kawasan konservasi.

Baca: Teliti Biodiversitas, LIPI Gelar Ekspedisi ke Dua Daerah Ini

Menurut Erdi, kawasan konservasi perairan ditetapkan untuk memastikan bahwa pengelolaannya benar. “Perlu melakukan pemantauan berkala untuk mengukur kondisi biofisik, khususnya pada terumbu karang sebagai aset utama alam,“ kata Erdi melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 23 Maret 2017. Ia berharap ekspedisi bermanfaat secara ekologis, ekonomi, dan sosial.

Baca: Ekspedisi Pulau Terdepan Indonesia Dilanjutkan

Erdi menuturkan, pada 16 Juni 2015, Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Alor seluas 276,6 ribu hektare resmi ditetapkan dengan nama Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 35 Tahun 2015. Pada Juni 2013, KKPD Flores Timur seluas 150 ribu hektare resmi dicadangkan dengan nama SAP Flores Timur.

Menurut dia, kedua kawasan dikenal memiliki kekayaan hayati perikanan yang tinggi dan banyak dimanfaatkan untuk wisata bahari. Ia menambahkan, dari total sembilan kawasan konservasi perairan yang ada di NTT, tiga di antaranya berstatus dicadangkan.

Kepala Seksi Pengelolaan dan Penataan Ruang Laut Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Nusa Tenggara Timur Izaak S. Angwarmasse mengatakan pemerintah menargetkan menetapkan dua kawasan konservasi, yaitu SAP Flores Timur dan KKPD Teluk Maumere. “Hasil evaluasi dampak ekologi dari ekspedisi ini akan digunakan untuk menyusun program, rencana pengelolaan, dan zonasi kawasan,” ujarnya.

Erdi berharap ekspedisi ini dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya laut di SAP Selat Pantar Alor ataupun SAP Flores Timur. Tim ekspedisi, kata dia, akan mendata 73 titik ekologi di sekeliling Pulau Alor, Pantar, Lembata, Adonara, Solor, dan sebagian Flores Bagian Timur.

Selain WWF Indonesia, kata Erdi, dalam tim ini juga tergabung para peneliti dari DKP Provinsi Nusa Tenggara Timur, DKP Kabupaten Alor, dan DKP Kabupaten Flores Timur. Ada pula tim dari Universitas Muhammadyah Kupang dan University Consortium for Sustainable Fisheries (Uniconsufish) Provinsi Nusa Tenggara Timur.

ARKHELAUS W.

Berita terkait

Berjalan 500 Kilometer, Belasan Gajah Rusak Properti Warga Cina

3 Juni 2021

Berjalan 500 Kilometer, Belasan Gajah Rusak Properti Warga Cina

Lima belas gajah membuat kekacauan di Cina. Dikutip dari CNN, mereka kabur dari kawasan lindung Xishuangbanna dan berjalan sejauh 500 kilometer.

Baca Selengkapnya

IPB Gelar Seminar Hasil Ekspedisi Batas Negeri

24 Februari 2020

IPB Gelar Seminar Hasil Ekspedisi Batas Negeri

Ekspedisi Batas Negeri merupakan program eksplorasi keanekaragaman hayati dan sosial budaya wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar di Indonesia oleh Uni Konservasi Fauna Institut Pertanian Bogor yang bekerjasama dengan TNI AL

Baca Selengkapnya

Program Green Development, Ridwan Kamil Gandeng WWF Indonesia

7 September 2019

Program Green Development, Ridwan Kamil Gandeng WWF Indonesia

Ridwan Kamil menandatangani naskah kerja sama dengan organisasi lingkungan hidup, WWF Indonesia untuk pembangunan hijau.

Baca Selengkapnya

KKP - WWF Fokus Kelola Udang Windu Berkelanjutan

16 Agustus 2018

KKP - WWF Fokus Kelola Udang Windu Berkelanjutan

KKP bekerja sama dengan WWF fokus mendorong pengelolaan sumber daya budidaya udang windu berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

2 Generasi Harimau Sumatera Terekam, Bisa Berkembang Kayak Kucing

29 Juli 2018

2 Generasi Harimau Sumatera Terekam, Bisa Berkembang Kayak Kucing

WWF dan KLHK merilis video dua generasi harimau Sumatera. Mereka bisa berkembang seperti kucing asal habitatnya dilindungi.

Baca Selengkapnya

Earth Hour, Tak Sekadar Memadamkan Listrik 1 Jam Saja

24 Maret 2018

Earth Hour, Tak Sekadar Memadamkan Listrik 1 Jam Saja

Earth Hour dilakukan serentak di seluruh penjuru dunia setiap Sabtu di akhir Maret dengan mematikan lampu dan peralatan listrik.

Baca Selengkapnya

Ekspedisi Pelayaran Napak Tilas Magelhaens Akan Digelar di Tidore

26 Desember 2017

Ekspedisi Pelayaran Napak Tilas Magelhaens Akan Digelar di Tidore

Kegiatan pelayaran keliling dunia bertajuk Ekspedisi Napak Tilas Magelhaens, akan digelar 2019-2021, dimulai dari Spanyol dan berakhir di Tidore.

Baca Selengkapnya

WWF Ajak Masyarakat Audit Sendiri Penggunaan Listrik Bulanan

19 November 2017

WWF Ajak Masyarakat Audit Sendiri Penggunaan Listrik Bulanan

WWF mengajak masyarakat agar menyadari pola konsumsi listrik agar tagihan tak membengkak saat penyederhanaan golongan listrik diterapkan.

Baca Selengkapnya

Libatkan WWF dalam Reforma Agraria, Menko Darmin Dikritik

22 Oktober 2017

Libatkan WWF dalam Reforma Agraria, Menko Darmin Dikritik

Menko Perekonomian diminta segera mengkoreksi kerja sama dengan WWF dalam soal reforma agraria.

Baca Selengkapnya

Kemenko Perekonomian Gandeng WWF Percepat Reforma Agraria

19 Oktober 2017

Kemenko Perekonomian Gandeng WWF Percepat Reforma Agraria

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menggandeng WWF Indonesia sebagai salah satu upaya mempercepat reforma agraria.

Baca Selengkapnya