Cegah Pemakaian Merkuri, Ini Upaya Pemerintah Bina Tambang Rakyat

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Jumat, 10 Maret 2017 06:30 WIB

Sejumlah warga duduk di sekitar rumahnya yang porak-poranda akibat banjir bandang di area pertambangan emas di Kelurahan Poboya, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (26/8). ANTARA/Basri Marzuki

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah tengah memikirkan strategi agar penggunaan merkuri tidak lagi digunakan oleh pertambangan emas skala kecil (PESK). Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya tidak berkomentar banyak usai mengikuti rapat terbatas tentang penghapusan penggunaan merkuri pada PESK.

"Penggunaan merkuri seharusnya dijaga betul. Tapi pertambangan rakyatnya juga harus dibina, dijaga," kata Siti di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis, 9 Maret 2017. Bila ada pertambangan yang masuk dalam wilayah hutan maka perlu diubah konsepnya menjadi hutan sosial.
Baca :
UGM: Penambangan Emas di Banyuwangi Berisiko Tinggi
Jatam Desak Pemerintah Hentikan Operasi Freeport Indonesia


Lebih lanjut, Siti menyatakan karena Indonesia sudah menyepakati konvensi Minamata maka pemerintah mesti berkomitmen menjalankannya. "Harus kami selesaikan ratifikasinya," kata Menteri Siti.

Dia tidak secara detail menyebutkan apakah pemerintah akan membuat aturan baru atau memperbaiki aturan yang ada. Namun, menurut Siti, peraturan yang terkait dengan merkuri di sektor pertambangan rata-rata dibuat tahun 2001.

Oleh sebab itu, Siti mengatakan, akan mempelajari segala aturan yang terkait dengan konvensi Minamata. "Saya lagi beresin, harus lapor dua bulan lagi," kata dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memerintahkan kepada menteri terkait agar menghapus penggunaan merkuri di pertambangan emas yang dikerjakan dalam skala kecil. Dari laporan yang diterima, ucap presiden, penggunaan merkuri melahirkan pencemaran bagi kesehatan penambang.

"Saya mendapat informasi penggunaan merkuri di 850 spot pertambangan rakyat menimbulkan pencemaran yang sangat berbahaya," kata Presiden Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis, 9 Maret 2017. Hal itu ia sampaikan saat membuka rapat terbatas tentang penghapusan penggunaan merkuri pada Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK).
Simak juga : Sidang Kasus E-KTP, KPK Akan Tindaklanjuti Nama-nama dalam Dakwaan

Menurut dia, ada 250.000 pekerja tambang skala kecil yang terancam kesehatannya karena penggunaan merkuri. Tak hanya itu, bahkan keluarga, terutama anak-anak penambang pun bisa terancam merkuri. "Ini tidak boleh dibiarkan apalagi Indonesia salah satu negara yang menandatangani konvensi Minamata," ucap Jokowi.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyebutkan pembahasan Ratas belum sampai ke upaya pengobatan korban merkuri. "Tadi lebih ke lingkungan, belum ke kesehatan," kata dia. Kendati demikian, ia mengatakan upaya pencegahan sebagai hal paling utama dibandingkan dengan pengobatan. "Obatnya kita meski cegah merkuri itu," ucap Nila.

ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

21 jam lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

1 hari lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

4 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

5 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

6 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

10 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

12 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

14 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

30 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

31 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya