Presiden Jokowi bersama Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud menyapa para awak media di Istana Bogor, Jawa Barat, 1 Maret 2017. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Nusa Dua - Kehadiran Raja Salman di Bali ternyata menimbulkan berbagai respons. Salah-satunya adalah surat yang berisi proposal permohonan dana untuk pembangunan rumah ibadah yang dikirim via jasa pengiriman TIKI.
“Kita periksa dulu sebelum kita serahkan ke polisi. Jangan sampai ternyata benda berbahaya,” kata Komandan Komando Resort Militer Wirasatya Kolonel Nyoman Cantiyasa, Kamis, 9 Maret 2017.
Selain permohonan itu, ada juga permohonan yang agak aneh. Seperti yang disampaikan seorang wanita yang ingin mempersembahkan puisi bagi sang Raja Salman. Ada pula yang meminta pengobatan serta mengaku sebagai kenalan putri raja.
Menurut Nyoman yang menjadi anggota Satgas Pengamanan Raja, kejadian-kejadian itu menjadi bukti bahwa kedatangan raja telah menimbulkan euforia tersendiri di kalangan warga. “Mungkin karena pengaruh media sosial yang sangat luas,” ujarnya. Bagi Nyoman, hal itu tak terlalu menjadi masalah karena tidak menjadi ancaman bagi keamanan raja.
Operasi pengamanan Raja Salman sendiri terhitung sebagai operasi pengamanan VVIP paling panjang yang pernah dilakukan di Bali. Raja Salman yang lebih banyak berada di hotel, maka kekuatan pengamanan pun lebih banyak diam di tempat.
“Disini ada tantangan untuk mengalahkan kejenuhan karena bagaimana pun kami harus bersiaga,” ujarnya. Ini pun berbeda dengan pengamanan para pimpinan negara sebelumnya yang kebanyakan datang ke Bali untuk menghadiri acara Konferensi Internasional.