Kisah Menteri Khofifah 2 Tahun Membujuk Suku Anak Dalam
Editor
Elik Susanto
Senin, 20 Februari 2017 04:01 WIB
TEMPO.CO, Jambi - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meresmikan 23 unit rumah yang dibangun Kementerian Sosial bagi Suku Anak Dalam di Desa Pulau Lintang, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Pada Sabtu, 18 Februari 2017, Khofifah senang bisa mewujudkan janjinya menyediakan rumah bagi penduduk pedalaman ini.
"Alhamdulillah, setelah melakukan pendekatan hampir dua tahun akhirnya mereka (Suku Anak Dalam) mau menetap," kata Khofifah saat menyerahkan hunian tetap kepada 23 kepala keluarga Suku Anak Dalam.
Baca: Tangisan Khofifah Saat Suku Anak Dalam Menyanyikan Indonesia Raya...
Menurut, lahan untuk rumah mereka bagian dari wilayah Kecamatan Bathin VIII yang disediakan Pemerintah Kabupaten Sarolangun. Sedangkan fisik rumah berikut isinya ditanggung Kementerian Sosial. Dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
<!--more-->
Kementerian Sosial mengalokasikan anggaran Rp 36 juta untuk membangun setiap rumah. Sedangkan isi perabotan berupa kasur, bantal, dan selimut Rp 3 juta untuk setiap kepala keluarga. Selain itu, masih ada bantuan paket kepada 21 siswa sekolah dasar senilai Rp 200 ribu untuk satu anak, sembako, serta bantuan sandang.
"Total bantuan yang diberikan senilai Rp 901,2 juta," kata Khofifah yang mengaku tidak mudah mengajak warga Suku Anak Dalam untuk tinggal menetap. Mengingat selama ini mereka memiliki tradisi melangun atau meninggalkan tempat tinggalnya ketika ada kerabat meninggal.
Tradisi hidup berpindah-pindah dan mengandalkan alam untuk menunjang hidup dan kebutuhan sehari-hari, memang tidak mudah diubah. "Butuh ketelatenan dan kesabaran saat melakukan pendekatan untuk mengajak mereka tidak hidup nomaden lagi," ujarKhofifah.
Mengajak Suku Anak Dalam hidup menetap, kata Khofifah, bertujuan supaya mereka lebih sejahtera dan mandiri. Tidak cuma soal permukiman, mereka memerlukan pelayanan administrasi kependudukan, kesehatan, pendidikan, kehidupan beragama, akses kesempatan kerja, ketahanan pangan, dan pelayanan sosial lainnya.
<!--more-->
Menyediakan tempat tinggal permanen barus tahap awal. Khofifah berjanji akan mengupayakan bantuan sosial antara lain Program Keluarga Harapan, beras untuk keluarga sejahtera, bantuan lansia, dan bantuan disabilitas.
"Setelah secara administratif rapi, pelan-pelan kami cover dengan sejumlah bantuan perlindungan sosial. Mereka akan didampingi hingga dua tahun ke depan," kata Khofifah sembari berharap Suku Anak Dalam lainnya mengikuti.
Salah seorang yang dimukimkan, Sitam, 22 tahun, mengaku senang dengan tempat tinggal barunya. "Di sini tidak kehujanan dan kepanasan. Lebih enak tidurnya," kata Sitam yang tingga; bersama, Bala, 20 tahun, istrinya. Sitam mempunyai 3 anak: Aisah (4), Abraham (2), dan Ram, 4 bulan. Selama ini mereka tinggal secara berpindah dengan kondisi rumah seadanya.
<!--more-->
Selama berpindah-pindah, menurut Sitam, setiap malam harus menahan dingin angin dan gigitan nyamuk. Makin sengsara ketika hujan lebat turun mengguyur rumahnya. "Sekarang di sini saya betah, istri dan anak-anak juga senang. Saya mau menata hidup lebih baik," kata Sitam berjanji.
Permai, 26 tahun, warga Suku Anak Dalam lainnya yakin akan bias hidup sejahtera setelah mempunyai rumah permanen. Selama ini, Permai bersama Putri, 23 tahum istrinya dan dua orang anaknya Nathail, 3 tahun serta Joshua, 3 bulan, hidup berpindah-pindah. Rumah yang dihuni tanpa kamar. “Semuanya ngumpul di satu ruangan. Atap dan dinding seadanya.”
Mata pencaharian Permai berburu babi hutan. Untuk mendapatkan seekor babi terkadang berjalan hingga 100 kilometer di hutan. Babi itu dijual dengan harga Rp 6.000 sekilo. Uangnya untuk membeli beras dan minyak goring. “Jarang 100 kilometer kadang dapat kadang tidak dapat babi,” kata Permai.
ANTARA