FEATURE: Pohon Bodhi dan 5 Pilar di Gedung Baru KPK
Editor
Juli Hantoro
Minggu, 19 Februari 2017 20:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berdiri megah dengan warna merah putih di sekujurnya. Berjarak sekitar 500 meter dari gedung lama di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, gedung itu telah dihuni pimpinan dan pegawai komisi antirasuah sejak Januari 2017.
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengajak wartawan berkeliling di kantor barunya itu pada Minggu, 19 Februari 2017. Gedung baru ini dibangun karena gedung lama tak muat lagi untuk aktivitas pegawai KPK yang terus bertambah. "Di sana itu numpuk-numpuk," kata Saut.
Gedung Merah Putih, sebutan markas komisi antirasuah, itu tampak asri. Sebatang pohon bodh tumbuh di kompleks KPK. Filosofinya, pohon bodhi merupakan tempat Budha bersemayam. Menurut Saut, ini bisa diartikan bahwa KPK adalah tempat bagi koruptor untuk merenung. "Nanti saya juga akan tanam pohon kurma, cemara, biar jadi taman nasional," kata Saut.
<!--more-->
Lima pilar besar tampak berdiri kokoh menopang kanopi di halaman depan gedung 16 lantai tersebut. Saat masuk ke dalam gedung akan terlihat patung Garuda raksasa di dinding lobi.
Di sayap kiri lobi gedung, terdapat ruang khusus wartawan. Bersekat kaca bening, awak media bisa dengan mudah tahu siapa saja yang keluar masuk ruang pemeriksaan. Sebab, tangga menuju ruang pemeriksaan berada di sayap kanan lobi. Tepat berseberangan dengan ruang wartawan.
Naik ke lantai satu, ada ruang pemeriksaan. Di sini terdapat 72 ruang pemeriksaan berderet-deret dengan luas beragam. Untuk pemeriksaan saksi, luas ruangan 2,5x2,5 meter. Sedang untuk pemeriksaan tersangka, ada ekstra 2,5x1,4 meter untuk tempat pengacara menunggu kliennya.
Pada ruang ekstra ini, pengacara yang mendampingi hanya bisa melihat apa yang terjadi di dalam ruang pemeriksaan tanpa mendengar keterangan tersangka. Sebab, ruangan yang digunakan penyidik dan tersangka kedap suara. "Pengacara hanya memastikan kliennya mendapatkan hak-haknya," kata juru bicara KPK Febri Diansyah.
<!--more-->
Ruang pemeriksaan dilengkapi dengan meja panjang yang memisahkan penyidik dan saksi, dua kursi, komputer, dan CCTV. Pintu ruangan ini ada dua. Sehingga, pintu yang digunakan untuk keluar masuk penyidik dan saksi berbeda. Tujuannya agar mencegah keduanya bertemu di luar pemeriksaan.
Masuk ke lantai tiga, tersedia kantin untuk karyawan. Pada lantai ini juga dipengkapi poliklinik dan ruang terbuka untuk karyawan yang ingin merokok. Depan kantin ada semacam panggung yang bisa digunakan untuk bermain musik. "Penyidik-penyidik itu stres lo, makanya di dalam ada fasilitas alat musik, masjid besar," kata Saut.
Dari lantai tiga, ada jembatan untuk menyeberang ke ruang tahanan. Bangunan rutan ini terletak tepat di belakang gedung utama KPK. Ada tiga lapis pintu dengan penjagaan yang ketat untuk bisa memasuki rutan ini.
Salah satu sel untuk tersangka korupsi di gedung KPK.
Rutan laki-laki terpisah dengan rutan perempuan. Sebanyak 26 rutan disediakan untuk laki-laki, sedang perempuan ada 6 rutan. Satu kamar dengan kamar mandi berukuran 2,5x2,5 meter. Ada yang berukuran 2,5x5 meter untuk rutan yang ditinggali 3 orang. Kepala Bagian Pengelola Gedung KPK Sri Sembodo Adi mengatakan rutan ini belum siap dihuni. "Mungkin Mei," kata Sri.
<!--more-->
Di atas rutan, ada tempat ibadah cukup luas. Saut mengatakan, tempat ini bisa digunakan untuk salat Jumat berjamaah dan bisa dimanfaatkan sebagai gereja saat hari Minggu. "KPK itu filosofinya RI KPK. Maksu R untuk religius, I untuk integritas," tutur dia.
Adapun lantai paling atas terdapat ruang serba guna yang bisa digunakan untuk olah raga. Ada dua meja ping pong yang bisa digunakan untuk melepas penat para penyidik.
Sayangnya, menurut Saut, keamanan gedung KPK baru ini kalah dengan gedung lama. Desain pintu masuk di depan sangat memungkinkan untuk diterobos. "Ini warisan. Kalau saya arsitekturnya beda kali ya," ujar mantan anggota Badan Intelijen Nasional itu.
Saut Situmorang masih menyimpan kenangan di kantor lamanya di Jalan H.R. Rasuna Said. Meski di kantor barunya ini terlihat lebih megah, Saut mengatakan kantor lama KPK lebih berseni. "Makanya saya bikin ada musik. Cekejes...cekejes...Biar betah."
MAYA AYU PUSPITASARI