Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj, menyampaikan pesan moral kebangsaan dan catatan akhir tahun dengan tema anak ayam tak boleh kehilangan induknya, di Gedung PBNU, Jakarta, 24 Desember 2015. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Sirajd, menilai Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok rugi karena berpolemik dengan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin. Dalam sidang kedelapan kasus dugaan penodaan agama, Selasa, 31 Januari 2017, Ahok menuding Ma'ruf yang dihadirkan oleh jaksa penuntut umum sebagai saksi memberikan keterangan yang tidak benar dan tidak obyektif di persidangan.
Ahok pun mengancam akan melaporkan Ma'ruf ke polisi. Meski Ahok tak jadi melaporkan Ma'ruf ke polisi dan telah meminta maaf, serta Ma'ruf pun sudah memaafkan Ahok, menurut Said, Ahok tetap rugi.
"Sudah saling memaafkan, Ahok minta maaf, Kyai Ma'ruf memaafkan. Tapi, ruginya Ahok sendiri," kata Said, saat ditemui di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis, 2 Februari 2017.
Kerugian yang dimaksud, kata Said, karena Ahok saat ini sedang bertarung maju pemilihan kepada daerah (pilkada) DKI Jakarta. Ma'ruf merupakan simbol Nahdlatul Ulama (NU) yang sangat dihormati warga NU. "Kalau menyinggung orang NU, NU enggak akan memilih dong," ujarnya.
Said pun berpesan kepada Ahok. "Seorang pemimpin harus santun. Berbicara hati-hati. Mulutmu harimaumu," ucapnya. Dia pun meminta agar polemik yang terjadi antara Ahok dan Ma'ruf disikapi dengan tenang dan dewasa. "Dengan akal, bukan emosi."