Presiden Joko Widodo menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada Taufik Ismail di Istana Merdeka, Jakarta, 15 Agustus 2016. Presiden menganugerahkan penghargaan kepada sejumlah tokoh antara lain tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adiprana, Bintang Jasa Utama, serta Bintang Budaya Parama Dharma dalam rangkaian peringatan HUT ke-71. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Sastrawan Taufik Ismail menyebut lagu Bagimu Negeri menyesatkan. "Bagimu negeri jiwa-raga kami?" ujarnya dalam sambutan deklarasi Alumni Universitas Indonesia Bangkit untuk Keadilan di Perpustakaan UI, Jumat, 27 Januari 2017. Menurut dia, lirik terakhir lagu yang terdengar patriotik itu, yaitu bagimu negeri jiwa-raga kami, justru membuat musyrik.
"Lho, apa bangganya negeri menerima jiwa-raga kami? Jiwa-raga manusia ini diberi karunianya oleh Allah yang maha pencipta, dan jiwa ini kembali kepada raga yang memberinya dulu. Tidak pada yang lain," ujar Taufik disambut tepuk tangan massa yang mendengarnya.
Ia berpendapat lirik “bagimu negeri jiwa-raga kami” kedengarannya patriotik, tapi sesat. "Salah sekali," ujarnya lagi.
Taufik tidak mempermasalahkan lirik awal lagu Padamu Negeri, “padamu negeri kami berjanji” sampai “padamu negeri kami mengabdi”. Namun, begitu sampai lirik terakhir, menurut dia, lagu Kusbini itu ada yang menambahkan lirik akhirnya, menjadi “Bagimu negeri jiwa-raga kami”.
Ia menganggap lirik terakhir lagu itu bertentangan dengan kaidah Islam. Dan tidak perlu diperdengarkan lagi. "Istilah Islamnya ini musyrik. Bukan pemilik nyawa dan siapa-siapa. Hanya Allah."