TEMPO.CO, Jakarta - Tempo bekerja sama dengan Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia mengadakan program magang investigasi di Tempo untuk pers mahasiswa. Pesertanya adalah anggota lembaga pers mahasiswa.
Gelombang pertama diikuti empat peserta dari dua lembaga pers mahasiswa. Mereka adalah Dina Putri Pertiwi dan Robiatul Adawiyah dari Lembaga Pers Mahasiswa Siar, Universitas Malang, serta Harya Bara Bagaskara dan Gregorius Dimas Bramantyo dari Lembaga Pers Mahasiswa Pasti, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Pengurus FAA PPMI di bidang advokasi, Franditya Utomo, mengatakan mahasiswa akan mengikuti magang selama sebulan di Tempo. "Program ini dimulai Selasa, 17 Januari," kata Franditya.
Peserta magang akan dibekali pengetahuan dan pelatihan seputar dunia jurnalistik. Misalnya, ada materi dari Redaktur Eksekutif Majalah Tempo, Wahyu Dhyatmika, tentang pengantar jurnalisme investigasi. Atau materi tentang perencanaan dan manajemen investigasi dari Philipus Parera, redaktur Tempo yang lama berkecimpung di kompartemen investigasi Tempo.
Para peserta juga akan disajikan materi mengenai jurnalisme digital. Yakni melalui materi multimedia dan media sosial, jurnalisme foto, dan infografis. Pemateri dan pembawa diskusi juga berasal dari sejumlah alumni PPMI. Seperti diskusi tentang isu penguatan pangan bersama Taufiqul Mujib dari Oxfam Indonesia, isu perempuan dan anak bersama Yekthi Hesthi Murthi dari AJI Indonesia, atau liputan bencana oleh Praminto Moehayat dan Irwan Lalegit jurnalis serta aktivis lingkungan.
Pemimpin Redaksi Koran Tempo, Budi Setyarso, mengatakan program ini adalah magang investigasi mahasiswa pertama yang diadakan Tempo. Ide awalnya untuk menggali informasi-informasi di kalangan anak-anak muda. "Ide awalnya sudah agak lama, eksekusinya baru setelah ada tawaran kerja sama dengan FAA PPMI," kata Budi, Senin, 16 Januari 2017.
Budi menjelaskan para peserta magang akan didampingi mentor. Mereka juga ikut praktik bersama tim peliputan investigasi. Dia berharap setelah program ini, peserta punya keterampilan dalam meliput investigasi dan dapat menggali isu-isu di tempat mereka belajar. Terutama isu-isu di kalangan mahasiswa atau anak muda.
Robiatul Adawiyah, salah satu peserta magang, mengatakan dia mengikuti program ini untuk mendapat pemahaman tentang investigasi. "Menurut saya liputan investigasi menantang dan pasti cara penulisannya mendalam," tuturnya.
REZKI ALVIONITASARI
Berita terkait
Tempo 45 Tahun, Goenawan Mohamad: Ini Produk Organisasi
7 Maret 2016
Tempo bisa tumbuh dan berkembang berkat kritik.
Baca SelengkapnyaIni Daftar Pemenang Mewarnai #Tempo45Tahun
31 Januari 2016
Setelah melihat dan memperhatikan puluhan karya yang masuk, redaksi telah memilih sepuluh karya yang paling menarik.
Baca SelengkapnyaSempat Ditinggalkan, Kedai Tempo Dibuka Kembali
10 Januari 2016
Kedai Tempo didirikan tak lama setelah pembredelan Tempo pada 1982. Sempat tak dirawat, Goenawan Mohamad dan kawan-kawan membukanya kembali.
Baca SelengkapnyaTempo Raih Penghargaan Sampul Terbaik
24 April 2014
Ini bukan pertama kali Tempo mendapatkan penghargaan.
Baca SelengkapnyaAhok: Banyak Politikus Pura-pura Tak Tahu
31 Oktober 2013
Ahok meminta anak muda yang jujur masuk dunia politik. Kalau tidak, maka kursi mereka akan diisi orang tak jujur.
Baca SelengkapnyaMahasiswa UIN Juara Esay 'Menjadi Indonesia'
30 Oktober 2013
Esay yang membahas tentang pentingnya riset dalam kemajuan Indonesia.
Baca SelengkapnyaTempo Gelar Malam Puncak 'Menjadi Indonesia'
30 Oktober 2013
Ada 25 anak dari latar belakang berbeda.
Baca SelengkapnyaTempo Raih Penghargaan Sampul Terbaik Se-Asia
16 September 2013
Penghargaan itu diberikan untuk dua sampul majalah Tempo edisi laporan utama 'Sengkarut Jembatan Selat Sunda' dan 'Investigasi Sindikat Manusia Perahu'.
Baca SelengkapnyaMajalah Tempo Luncurkan Edisi Jawa Timur
31 Mei 2012
Edisi Jawa Timur di majalah Tempo ini bertujuan untuk mengawal kemajuan provinsi itu, khususnya bidang ekonomi.
Baca SelengkapnyaHeboh, Flashmob di Galeria Mal Yogya
24 Februari 2012
"Para penggemar flashmob setiap dihubungi untuk melakukan suatu event pasti datang. Jumlah penggemarnya di Yogyakarta lebih dari 1.000 orang."
Baca Selengkapnya