Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bersama Direktur Utama (Dirut) PT Pindad (Persero) Silmy Karim menghadiri peluncuran empat produk senjata terbaru di Kementerian Pertahanan, Jakarta, 9 Juni 2016. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sudah berkomunikasi dengan Menteri Pertahanan Australia Marise Payne menyusul penemuan materi pelatihan militer yang dinilai menghina Pancasila. Menurut Ryamizard, bahan materi pelatihan itu diambil dari artikel koran.
"Bahan itu diambil dari artikel koran dan media online, lalu dijadikan materi pelajaran oleh seorang perwira pertama (Australia)," kata Ryamizard di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Kamis, 5 Januari 2017.
Ryamizard pun memastikan perwira yang dimaksud akan mendapatkan sanksi administrasi tegas dari pihak Australia.
Dia menegaskan, prajurit kedua negara tetap bisa melanjutkan latihan bersama. "Menhan (Australia) juga beri pengertian kepada prajuritnya bahwa kita sahabat, jadi jangan menimbulkan hal yang memicu perpecahan."
Ryamizard, yang juga mendapatkan informasi dari Panglima Tentara Australia Marsekal Mark Binskin, menyebutkan materi pelajaran yang bermasalah itu bukan bagian dari kebijakan militer Australia.
Materi pelatihan yang bersangkutan ditemukan saat Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berlatih bersama pasukan Australia. Seorang instruktur Kopassus merasa ada materi dalam pelatihan itu yang menghina Indonesia dan merendahkan Pancasila. Instruktur bahasa dari TNI itu adalah Letnan Satu Irwan Maulana Ibrahim.
Menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, militer Australia secara resmi sudah meminta maaf atas kesalahan itu. Gatot pun sudah membalas surat permohonan maaf dari Australia. Meski begitu, Australia akan memperbaiki kurikulum pelajaran dan melakukan investigasi ihwal kasus itu.