189 Ribu Hektare Hutan Jambi Hilang dalam 4 Tahun

Selasa, 20 Desember 2016 18:07 WIB

Hutan di provinsi Jambi, pulau Sumatera. ANTARA/Fanny Octavianus

TEMPO.CO, Jambi - Provinsi Jambi kehilangan tutupan hutan seluas 189.125 hektare selama kurun waktu 2012-2016. Hutan itu hilang akibat deforestasi dan degradasi hutan serta aktivitas tambang emas ilegal khususnya di wilayah Jambi bagian barat.

Manager Komunikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Rudi Syaf mengatakan dari interpretasi yang dilakukan Warsi pada 2012 total hutan Jambi masih 1.159.559 hektare, namun pada 2016 luasnya menjadi 970.434 hektare.

"Berdasarkan interpretasi Lansat 8 yang dilakukan Unit Geographic Information System KKI Warsi, dalam rentang tahun 2012 ke 2016 Jambi kehilangan tutupan hutan sebesar 189.125 hektare. Hal ini setara dengan delapan kali lapangan bola per jam," kata Rudi.

Hilangnya tututan hutan ini telah menyebabkan bencana ekologis di wilayah Jambi khususnya wilayah barat, itu dilihat dengan tingginya intensitas banjir dan longsor yang terjadi.

Dari catatan yang dikumpulkan Warsi banjir dan longsor telah menyebabkan 10 orang meninggal dunia, empat hilang, dan tujuh luka-luka. Banjir bandang yang terjadi di Jambi juga sudah menghanyutkan 78 unit rumah, dan 9.142 unit rumah terendam.

Kejadian ini juga menyebabkan 14.694 hektare lahan pertanian sawah dan perkebunan ikut terendam dan mengalami gagal panen.

Banjir bandang di wilayah barat kata Rudi juga menyebabkan sebanyak 140 desa terisolasi dan mengakibatkan putusnya fasilitas umum seperti jembatan dan jalan. Jembatan putus yang teridentifikasi ada tujuh unit dan 39 bangunan sekolah ikut terendam.

"Kondisi ini boleh dibilang terbalik dengan tahun lalu, jika tahun lalu kita kebakaran hebat tahun ini Jambi mengalami kebasahan yang cukup hebat. Kondisi ini memberi gambaran bahwa ada kekeliruan dalam mengelola sumber daya alam kita," katanya.

Sebab itu, lanjutnya, Warsi mengimbau pemerintah untuk melakukan upaya nyata pemulihan lingkungan dan mengurangi dominasi korporasi dalam penguasaan lahan. Dan yang paling penting juga melibatkan masyarakat dalam mengelola sumber daya secara langsung.

"Dari pengalaman kami, ketika hutan dikelola oleh masyarakat, laju deforestasinya boleh di bilang nol persen. Kami mencontohkan pengelolaan kawasan Bukit Panjang Rantau Bayur di Kabupaten Bungo yang dikelola oleh masyarakat dengan skema hutan desa, sejak tahun 2013 sampai 2015 laju deforestasi di kawasan ini menjadi nol," katanya menjelaskan.

Sedangkan di bagian atas tepatnya di daerah aliran sungai (DAS) Batang Pelepat, pengelolaan kawasan di serahkan ke korporasi yang dikelola perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan kelapa sawit serta tambang, telah menyebabkan laju deforestasi yang sangat tinggi.

Rudi menjelaskan, tahun 2000 DAS Pelepat masih berhutan 39.706 hektare namun pada tahun 2016 tinggal 19.509 hektare. Artinya laju deforestasi di kawasan ini mencapai 1.262 hektare per tahun. Dengan laju deforestasi yang tinggi, wilayah ini menjadi andil besar pada bencana ekologis yang menimpa daerah ini.

"Pada awal tahun lalu, kawasan Dusun Batu Kerbau ke Kecamatan Pelepat, Bungo, hanyut di sapu banjir bandang. Padahal sebelum-sebelumnya kawasan ini relatif aman dari banjir, jikapun ada banjir bersifat tidak spontan, air naik secara perlahan dan kemudian turun secara perlahan tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti," katanya menjelaskan.

Menurut Rudi, intervensi dalam pengelolaan sumber daya alam wajib untuk dilakukan. Apalagi pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat, sejauh ini terbukti mampu mencegah kerusakan hutan dan memberikan multi manfaat untuk masyarakat sekitarnya.

"Dalam pendampingan yang dilakukan Warsi dengan pengelolaan berbasis masyarakat, bisa diisi dengan kegiatan yang menguntungkan perekonomian masyarakat. Misalnya pengembangan pohon asuh, pengembangan komoditas bertingkat, pengembangan listrik mikro hidro dan lain sebagainya," kata Rudi.

Untuk itu menurutnya, Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) atau yang dalam bahasa pemerintah disebut dengan perhutanan sosial sangat mungkin untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup, sekaligus memberi peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

ANTARA

Baca juga:
Hakim Tak Izinkan Ahok Tanggapi Pandangan Jaksa
Wali Kota Risma Keluarkan Surat Edaran Natal, Apa Isinya?

Berita terkait

Badan Kehutanan Amerika Pantau Penanganan Kebakaran Hutan di Kalimantan Tengah

25 Januari 2024

Badan Kehutanan Amerika Pantau Penanganan Kebakaran Hutan di Kalimantan Tengah

Kepala Badan Kehutanan AS Randy Moore menghargai langkah Indonesia dalam mengatasi krisis iklim.

Baca Selengkapnya

Pengusaha Sebut Indonesia telah Buka Skema Perdagangan Karbon Serap Emisi Gas Rumah Kaca

10 November 2023

Pengusaha Sebut Indonesia telah Buka Skema Perdagangan Karbon Serap Emisi Gas Rumah Kaca

Indonesia telah membuka skema perdagangan karbon untuk meningkatkan serapan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan.

Baca Selengkapnya

Menteri Kehutanan: Belum Ada Asap Dampak Kebakaran Hutan ke Malaysia

3 Oktober 2023

Menteri Kehutanan: Belum Ada Asap Dampak Kebakaran Hutan ke Malaysia

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan ada potensi asap menyebrang ke Malaysia dampak dari kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Kadin RFBSH Inisiasi Pilot Project Multiusaha Kehutanan

20 Februari 2023

Kadin RFBSH Inisiasi Pilot Project Multiusaha Kehutanan

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Regenerative Forest Business Sub Hub (RFBSH) menginisiasi pilot project multiusaha kehutanan.

Baca Selengkapnya

KLHK Tangkap Pemodal Tambang Emas Ilegal di Taman Nasional Batang Gadis

14 Februari 2023

KLHK Tangkap Pemodal Tambang Emas Ilegal di Taman Nasional Batang Gadis

KLHK Wilayah Sumatera menangkap dan menahan salah satu aktor intelektual penambangan emas ilegal di Kawasan Taman Nasional Batang Gadis.

Baca Selengkapnya

KLHK Minta Pengadilan Hukum Berat Pelaku Pengrusakan Tahura Bukit Mangkol

21 Juli 2022

KLHK Minta Pengadilan Hukum Berat Pelaku Pengrusakan Tahura Bukit Mangkol

KLHK melimpahkan berkas tahap dua kasus perambahan Taman Hutan Rakyat (Tahura) secara ilegal dengan tersangka ke Pengadilan Negeri

Baca Selengkapnya

INFID Sebut Indonesia Darurat Pelanggaran HAM di Tiga Sektor Bisnis

14 Juli 2022

INFID Sebut Indonesia Darurat Pelanggaran HAM di Tiga Sektor Bisnis

Sektor itu rentan pelanggaran HAM bagi sosial, ekonomi dan lingkungan, jika dikelola tanpa standar-standar HAM dalam bisnis.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Terbesar, Sektor Kehutanan Berkontribusi Kurangi 497 Juta Ton CO2

26 Maret 2022

Sri Mulyani: Terbesar, Sektor Kehutanan Berkontribusi Kurangi 497 Juta Ton CO2

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sektor kehutanan menjadi pemberi kontribusi terbesar dalam penurunan CO2 dengan biaya yang sedikit.

Baca Selengkapnya

UMM Buka Kelas Pusat Minyak Asiri, Bisa Belajar Budidaya Hingga Siap Ekspor

10 Februari 2022

UMM Buka Kelas Pusat Minyak Asiri, Bisa Belajar Budidaya Hingga Siap Ekspor

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membuka program kelas pusat keunggulan atau center of excellence (CoE) minyak asiri alias essential oil.

Baca Selengkapnya

Izin Konsesi Hutan Anak Usaha Barito Pacific Dicabut, Imbas ke Perseroan?

15 Januari 2022

Izin Konsesi Hutan Anak Usaha Barito Pacific Dicabut, Imbas ke Perseroan?

PT Rimba Equator Permai adalah anak usaha Barito Pacific di bidang kehutanan, termasuk pengusahaan dan pengelolaan hutan tanaman industri.

Baca Selengkapnya