Dijanjikan Pinjaman Rp 14 T, RI Diminta Kelola Hutan

Reporter

Editor

Budi Riza

Rabu, 14 Desember 2016 23:00 WIB

Menteri LHK Dr. Siti Nurbaya, M.Scdi dalam acara konvensi iklim. istimerwa

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya mengatakan dukungan swasta dinilai sangat penting dalam program Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF). Hal ini diungkapkan Siti setelah mendampingi pertemuan Direktur Eksekutif United Nations Environment Programme, Erik Solheim, dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

"TLFF menjadi bagian yang penting karena international support itu paling efektif kalau dikaitkan dengan private activities menjadi private companies," kata Siti, Rabu, 14 Desember 2016, di kantor wakil presiden, Jakarta.

Siti menambahkan, dukungan swasta itu, baik dari dalam negeri maupun internasional, menjadi semakin penting melihat perizinan di kawasan hutan yang dikelola swasta sudah mencapai sekitar 34 juta hektare. Ini termasuk pengelolaan lahan gambut sekitar 9 juta hektare. Siti mengatakan pentingnya dukungan swasta itu juga didukung UNEP.

"Karena itu, saya memahami pembicaraan Erik dengan Wapres tadi bahwa private companies support, nasional dan internasional, menjadi sangat penting," kata Siti.

Erik mengatakan pihaknya optimistis program TLFF di Indonesia bisa berjalan dengan baik. "Saya sangat percaya diri karena ada keinginan dari Presiden dan Wakil Presiden. Mereka ingin mengimplementasikan ini," kata Erik.

TLFF adalah program pendanaan yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan hidup. Pendanaan ini bertujuan meningkatkan produktivitas petani, restorasi lahan, serta pembangunan energi terbarukan.

"TLFF akan fokus ke pendanaan murah dan jangka panjang supaya mengurangi dampak samping kerusakan hutan," kata Kuntoro Mangkusubroto, Ketua Dewan Pengarah TLFF, pada akhir Oktober lalu.

TLFF nantinya akan memberikan pinjaman dengan tenor 15 tahun kepada petani kecil. Dana bersumber dari hibah swasta US$ 100 juta (sekitar Rp 1,3 triliun) dan pendanaan komersial US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun.

Adapun lembaga yang terlibat, yaitu lembaga pinjaman BNP Paribas, pengelola investasi ADM Capital, lembaga penelitian wanatani International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), dan penasihat untuk lingkungan global atau United Nations Environment Programme (UNEP).

AMIRULLAH | PUTRI ADITYOWATI

Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

5 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

6 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

6 hari lalu

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki tanggapi soal target pemerintah menyelesaikan pemutihan hutan di lahan sawit September 2024.

Baca Selengkapnya

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

7 hari lalu

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

Perkebunan sawit PT Riau Agrotama Plantation (PT RAP), anak perusahaan Salim Group diduga merambah hutan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

7 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

7 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

12 Ribu Kebun Darmex Group Diduga Terobos Kawasan Hutan Riau, Akan Diputihkan

7 hari lalu

12 Ribu Kebun Darmex Group Diduga Terobos Kawasan Hutan Riau, Akan Diputihkan

Riau menjadi provinsi dengan kebun sawit bermasalah paling luas di Indonesia. Berdasarkan catatan Greenpeace sekitar 1.231.614 hektare kebun kelapa sawit di Riau berada di kawasan hutan. Salah satu perusahaan kelapa sawit yang diduga melakukan perambahan kawasan hutan adalah PT Palma Satu, anak perusahaan Darmex Group.

Baca Selengkapnya

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

7 hari lalu

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

22 ribu hektare perkebunan sawit PT Suryamas Cipta Perkasa (PT SCP) masuk kawasan hutan hidrologis gambut di Kalimantan Tengah.

Baca Selengkapnya

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

39 hari lalu

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.

Baca Selengkapnya

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

39 hari lalu

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.

Baca Selengkapnya