Bojonegoro Jadi Tuan Rumah Festival Hak Asasi Manusia
Rabu, 30 November 2016 09:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah menteri dijadwalkan hadir dalam acara Festival Ramah Hak Asasi Manusia di Bojonegoro, 30 November hingga 2 Desember 2016. Presiden Joko Widodo, yang dijadwalkan membuka acara ini, berhalangan hadir.
Tiga Menteri yang dijadwalkan hadir yaitu Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, serta Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin. Hadir juga Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Tamu undangan dari mancanegara juga hadir, seperti dari Kota Lund, Swedia, dan perwakilan dari Gwangju, Korea Selatan. Festival ini juga diikuti oleh sejumlah bupati/wali kota di Tanah Air, dan lembaga adat serta paham seperti aliran kepercayaan. Misalnya Sunda Wiwitan di Jawa Barat, kemudian para komunitas Samin yang ada di Bojonegoro.
Bupati Bojonegoro Suyoto mengaku bangga daerahnya menjadi tempat penyelenggaraan Festival Ramah HAM. Dalam konteks masa lalu, Bojonegoro adalah potret sejarah kemiskinan dan konflik. Kondisi alamnya yang keras, tapi ada tempat menyimpan kandungan alam 20 persen. ”Sejarah itu tidak kita mungkiri,” ujarnya dalam dialog di kantor pemerintah Bojonegoro, Selasa, 29 November 2016.
Makanya, kata Kang Yoto—panggilan Suyoto—jika tidak dikelola dengan profesional, berpotensi disusupi aliran radikalisme dan disintegrasi. Untuk menekan hal itu, ada upaya pendekatan yang lebih manusiawi, seperti sosialisasi tentang pemahaman HAM kepada masyarakat umum. Contoh yang bagus, misalnya, kehidupan di Desa Kolong, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, yang rukun damai antara penganut Islam dan non-Islam. “Hidup berpuluh tahun dan damai. Ini tentu menarik,” ujarnya.
Bambang Sutrisno, 34 tahun, salah satu penerus ajaran Samin, mengaku senang orang tuanya, yaitu Hardjo Kardi, diundang dalam acara Festival Ramah HAM di Bojonegoro. Dengan demikian, ajaran tentang nilai luhur Samin bisa disebar dan dikenal banyak orang.
"Tentu kami senang sekali,” ujarnya kepada Tempo, Senin, 28 November 2016. Dia mencontohkan, ajaran dari leluhur Samin Surosentiko—pendiri ajaran Samin—tentang kutipan, bahwa orang hidup harus saling menolong, tidak mencuri, serta tidak iri dan dengki. ”Itu cocok dan relevan,” ucapnya.
SUJATMIKO