Walikota Solo, Joko Widodo (tengah) bersama dengan Corporate Communication PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), Wiyanna (kiri) dan Wadan Grup 2 Kopassus, Kolonel (inf) Richard Tampubolon (kedua kiri) menyusuri Sungai Bengawan Solo dalam "Save Bengawan Solo" di Sukoharjo, Jateng, Jumat (16/3). Save Bengawan Solo bertujuan untuk mengamati dan memperbaiki lingkungan Daerah Alisan Sungai Bengawan Solo dari berbagai bencana, seperti banjir, tanah longsor, pendangkalan sungai maupun timbulnya wabah penyakit. Tempo/Andry Prasetyo
TEMPO.CO, Surakarta - Sejumlah wilayah di Kota Surakarta dan sekitarnya dilanda banjir lantaran luapan anak Sungai Bengawan Solo, Selasa, 29 November 2016.
Banjir disebabkan tingginya permukaan Bengawan Solo. Kondisi itu membuat air dari drainase di dalam kota tidak bisa mengalir ke sungai terpanjang di Jawa itu.
"Ketinggian permukaan Bengawan Solo sudah level siaga merah," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surakarta Gatot Sutanto, Selasa, 29 November 2016.
Ratusan rumah warga tergenang air, terutama di Kelurahan Gandekan, Pucangsawit, Mojosongo, dan Sewu di Kecamatan Jebres. Ketinggian air setinggi lutut orang dewasa sampai 1 meter. Bahkan kediaman pribadi Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo, yang berada di Pucangsawit, ikut tergenang. "Sudah biasa jadi langganan banjir," tutur Hadi Rudyatmo. Apalagi rumahnya berada tidak jauh dari Bengawan Solo.
Curah hujan yang tinggi membuat pompa yang berada di sejumlah pintu air tidak sanggup membuang air ke Bengawan Solo. "Air mulai menggenangi permukiman sejak semalam," ujar Gatot. Tim penyelamat diterjunkan untuk membantu warga menuju pengungsian. Air baru berangsur surut pada Selasa siang.
Wali Kota Hadi Rudyatmo menduga ada masalah pada pintu air di Pucangsawit. "Pintu airnya macet," katanya. Kondisi itu yang membuat air Bengawan Solo masuk ke permukiman.