Identitas Penyandera WNI Asal Buton Belum Diketahui
Editor
Grace gandhi
Sabtu, 12 November 2016 06:22 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi memastikan posisi dua nakhoda warga negara Indonesia yang baru diculik, ada di Sulu, Filipina Selatan. Kedua WNI asal Buton, Sulawesi Tenggara, itu diculik di perairan Sabah, Malaysia, pada 5 November lalu.
"Sehari setelah penculikan, saya terima informasi dari kolega dari Filipina, bahwa mereka dibawa ke Sulu," ujar Retno seusai rapat terbatas di gedung Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Jumat, 11 November 2016.
Kelompok penculik, menurut Retno, sudah sempat menghubungi perusahaan pemilik kapal, tapi terhalang oleh kondisi lapangan, seperti jaringan dan sinyal yang buruk.
Kesulitan komunikasi itu membuat pemerintah belum bisa memastikan identitas perompak. "Karena komunikasi belum ada, saya belum dapat konfirmasi identitas kelompok itu, tapi dari informasi intelijen, mereka di Sulu."
Meski belum bisa menentukan identitas, Retno menyebut pola penculikan kedua WNI itu sama dengan yang sebelumnya terjadi di perairan Sabah.
Kelompok Abu Sayyaf, saat itu diyakini sebagai dalang di balik penyanderaan tiga WNI asal Nusa Tenggara Barat dan seorang WNI asal Sulawesi. Mereka yang telah bebas itu, seluruhnya bekerja di kapal ikan berbendera Malaysia.
"Dan (penculikan kali ini) sudah menjadi pattern yang biasa dilakukan kelompok itu," kata Retno.
Pemerintah RI pun masih memiliki tanggungan dua WNI yang masih ditawan di Filipina. Keduanya adalah awak kapal Charles 001, yang diculik pada pertengahan Juni 2016. Retno belum tahu apakah para sandera baru dibawa ke lokasi yang sama dengan dua awak Charles.
"Itu belum ada informasi. Apakah mereka (dua nakhoda Buton) bersama dengan dua orang yang sebelumnya, atau terpisah," tutur Retno.
Kemlu RI, kata Retno, terus berkomunikasi dengan pemilik kapal dan keluarga para sandera. Perkembangan informasi pun selalu ditagih dari pemerintah Malaysia.
YOHANES PASKALIS