Syarat Hapal Alquran Dinilai Diskriminatif, Aher:Gagal Paham
Editor
Dewi Rina Cahyani
Kamis, 6 Oktober 2016 12:31 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan membantah pemberian beasiswa provinsi untuk mahasiswa Universitas Padjadjaran diskriminatif. “Bukan persyaratan, baca yang bener atuh, baca yang bener. Gak salah baca itu? Gagal paham,” kata dia di Bandung, Kamis, 5 Oktober 2016.
Media sosial diramaikan dengan viralnya surat dengan logo Universitas Padjadjaran mengenai beasiswa pemerintah Jawa Barat. Pada butir tiga persyaratan khusus penerima beasiswa itu disebutkan “Prioritas pada mahasiswa berprestasi di bidang hapal Al Quran minimal lima juzz, olahraga, seni, budaya, sains, teknologi dan komunikasi dibuktikan dengan sertifikat dari pihak berwenang.” Persyaratan hapal Al Quran itu yang ramai dituding diskriminatif.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan mengatakan, beasiswa itu diberikan pada calon penerima yang dinilai memiliki prestasi. “Diskriminasi kalau yang hafal Al Quran saja yang diberi beasiswa, ini mah dari sejumlah prestasi yang dihargai, salah satunya yang di apresiasi adalah hafalan Al Quran,” kata dia.
Menurut dia, salah satu alasan mencantumkan penghafal Al Quran sebagai “prestasi” karena sulit menghafalnya. “Itu hanya salah satu kriteria, ada prestasi di bidang seni, olahraga, dan di bidang akademik sendiri diberi penghargaan beasiswa,” kata Aher.
Bagaimana dengan agama lainnya? “Masalahnya hapalan Bible kan gak ada, kalau ada, kita hargai juga sama,” kata Aher.
Aher mengatakan, beasiswa pada penghafal Al Quran yang digunakan Jawa Barat saat ini diklaimnya bukan yang pertama. Universitas Padjadjaran terhitung baru. “Ada enam sampai sepuluh perguruan tinggi negeri yang sudah melakukan itu, Unpad baru mau. Pertanyaannya kenapa diributin, ributin tuh yang sepuluh yang sudah. Salah satunya UIN, UNS, ada daftarnya. Jabar karek erek geus ribut,kalau yang lain geus, teu ribut-ribut,” kata dia.
Menurut Aher, dari semua penerima beasiswa pemerintah Jawa Barat untuk program S1, S2, dan S3 hanya sedikit yang lolos karena hafalan Al Quran. “Kemarin hampir 6 ribuan yang diberi beasiswa tahun 2015, yang hafal Al Quran paling 6 orang,” kata dia.
Aher mengatakan, beasiswa yang diberikan sebelumnya bukan permanen, tahun depan penerima belum tentu menerima lagi beasiswa itu. “Mulai tahun ini kita ingin lebih fokus beasiswanya. Kita ingin memberi beasiswa satu siklus, sampai tamat, makanya kita pilih betul, orientasinya betul-betul prestasi,” kata dia.
Menurut Aher, kemungkinan penerima beasiswa bakal anjlok jumlahnya mulai tahun ini. Penilaian prestasi yang jadi pertimbangan penerima beasiswa juga akan lebih ketat. “Kalau kemarin sampai 6 ribu orang, tahun ini mungkin hanya seribu orang atau 500 orang,” kata dia.
AHMAD FIKRI