Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato penutupan Rapat Kerja Nasional I PDI Perjuangan di Jakarta, 12 Januari 2016. Dalam pidatonya Megawati sempat menyindir kadernya yang kedapatan mengantuk saat Rakernas berlangsung. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Depok - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri menolak partainya disebut suka meminta mahar kepada calon kepala daerah. "Apa pernah saya meminta uang dari kalian?" kata Mega di hadapan peserta sekolah partai untuk para calon kepala daerah di Wisma Kinasih, Depok, Selasa, 6 September 2016.
Mega bahkan mengatakan dirinya tidak segan memecat pengurus partainya bila terbukti meminta uang kepada calon kepala daerah. Jika ada uang yang diminta, dia menjelaskan, hal tersebut untuk memfasilitasi saksi-saksi yang nanti mengawasi di tempat-tempat pemungutan suara.
Keluhan soal mahar politik di Partai PDIP sebelumnya pernah disampaikan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. "Pak Ahok, ngomong jangan begitu, dong," ucap Mega, masih dalam kata sambutannya. Ahok tidak hadir dalam acara tersebut.
Ia pun meminta Ahok menyampaikan pula bahwa PDIP setengah mati saat mendukung dirinya dengan Joko Widodo dalam pemilihan Gubernur DKI 2012. "Ngomong juga dong saya (Ahok) dibayarin, setengah mati lho, 16 ribu saksi," tuturnya.
Ahok sempat memutuskan untuk maju dalam pemilihan Gubernur DKI lewat jalur independen. Saat itu ia beralasan enggan membayar mahar politik bila maju lewat jalur partai. Ia menyebutkan mahar yang diberikan kepada partai bisa mencapai Rp 100-200 miliar.